Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Perjalanan Karier Rektor Baru IPB Arif Satria: Gaji Pertama Saya Rp 200.000

Kompas.com - 30/03/2018, 11:56 WIB
Aprillia Ika

Editor

KOMPAS.com - Arif Satria terpilih sebagai rektor IPB periode 2017-2022 pada November 2017 lalu dan dilantik pada pertengahan Desember 2017.

Arif dipilih melalui sidang Majelis Wali Amanat (MWA) IPB yang berjumlah 16 orang, termasuk Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, unsur senat akademik IPB, dosen IPB, mahasiswa IPB, dan masyarakat.

Sebelumnya Arif adalah Dekan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB dan menyandang Dekan termuda di IPB. Dan kini di usia 46 tahun Arif memimpin kampus dengan belasan ribu mahasiswa dan ratusan akademisi.

Pengalaman Arif di kampus dan di luar kampus cukup lengkap. Sejumlah organisasi profesi bidang pertanian, kelautan, dan perikanan, telah ia masuki dan jadi pengurus penting di sana. Bahkan sejak mahasiswa, Arif telah aktif sebagai pemimpin mahasiswa di senat kampus dan organisasi ekstra kampus.

Baca juga : Sindiran Jokowi buat IPB dan Paradoks Pertanian Indonesia

Dalam pembuatan kebijakan, Arif juga berkontribusi dalam penyusunan peraturan dan perundang-undangan di bidang kelautan dan perikanan yang menjadi spesialisasinya.

Antara lain dalam penyusunan Undang-Undang (UU) Perikanan No 31/2004, Revisi UU Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Penyusunan Konsep Ekonomi Biru, dan sejumlah Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri.

Sebagai rektor baru IPB Arif ingin membawa IPB menjadi kampus yang bisa berperan di era yang disebutnya penuh dengan turbulensi dan ketidakpastian. IPB ingin dibawa menjadi kampus yang terbuka bagi tumbuhnya kreativitas dan inovasi guna menggerakan perekonomian.

“Target saya ada 10 persen alumni IPB yang baru lulus, aktif di bidang wirausaha, ini sama dengan sekitar 400 start up baru,” terang Arif.

Bapak dua anak kelahiran Pekalongan, 17 September 1971 ini dikenal sebagai sosok yang dekat dengan sesama dosen dan mahasiswanya. Arif juga dikenal sebagai pribadi yang penuh inspirasi, terbuka, dan motivasi di kalangan mahasiswa dan akademisi IPB.

Arif berbincang seputar karirnya di kampus yang dimulai dengan gaji sebesar Rp 200.000 per bulan. “Kuncinya saat itu adalah kesabaran dan keyakinan,” jawabnya, mengingat masa-masa awal karirnya di dunia akademik.

Berikut petikan petikan perbincangan dengan Rektor IPB Arif Satria seputar manajemen keuangan pribadi dan karir untuk menjadi inspirasi Anda yang sedang menapaki karir sebagai profesional maupun merintis usaha. 

Bapak termasuk rektor yang relatif muda, apa memang telah lama bercita-cita menjadi rektor IPB sejak jadi dosen di kampus?

Buat saya kalau soal muda itu relatif sebenarnya. Orang muda yang berfikirnya selalu ke masa lalu itu buat saya seperti orang tua. Orang tua yang selalu berfikir ke depan itu orang muda.

Jadi muda atau tua itu bukan suatu biologis tapi soal visi. Soal direncanakan, sebenarnya tidak ada perencanaan secara khusus. Kita mengalir saja.

Syarat menjadi rektor harus jadi profesor sekian lama. Bapak jadi profesor sejak kapan?
Sekarang saya belum profesor. Aturannya memang bisa bagi yang belum profesor.

Apa program unggulan Bapak?

Masalah yang dihadapi kampus sekarang sudah berubah. Era sudah berubah. Ke depan adalah era yang penuh dengan ketidakpastian, turbulensi, sehingga diperlukan pendekatan-pendekatan yang berbeda. Kami cari peluang-peluang baru. Setiap zaman ada orangnya, dan setiap orang pada zamannya.

Harus ada sesuatu yang baru, yang kami kembangkan, dan menciptakan enterpreneur-enterpreneur baru. Itulah yang membuat kami ingin menciptakan start up-start up di bidang pertanian. Ada start up school, kami siapkan, sehingga ada talent mapping.

Tapi inputnya juga harus bagus, yang punya leadership kuat. Harapannya para ketua OSIS itulah nanti yang akan kami siapkan. Ada 160 kuota pada tahun ini yang kita siapkan untuk masuk ke IPB dengan jalur khusus.

Startup seperti apa yang ingin dikembangkan?

Sebenarnya banyak, ya perikanan, peternakan, pertanian seperti benih, industri pengolahannya, maupun produk-produk pestisidanya.

Sejauh mana prosesnya?

Kami lagi proses dengan venture capital, dan kerjasama lainnya yang bisa men-support start up baru ini.

Targetnya ada berapa startup?

Targetnya 10 persen lulusan IPB bergerak di bidang wirausaha. Kurang lebih 400 orang.
Kalau berkelompok, lima orang satu start up, beda lagi. Kalau per orang, berarti 400 start up.

Potensi bisnis startup pertanian memang cukup besar ya?

Bidang pertanian itu banyak macamnya, masing-masing punya potensi. Bidang bunga anggrek misalnya, suplai ke hotel-hotel itu bisnis juga.

Untuk wawancara lengkapnya Anda bisa membacanya di link blog HaloMoney.co.id.

Artikel ini merupakan konten kerja sama dengan HaloMoney.co.id, Kompas.com tidak bertanggungjawab atas isi tulisan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Jakarta, Medan, dan Makassar  Masuk Daftar Smart City Index 2024

Jakarta, Medan, dan Makassar Masuk Daftar Smart City Index 2024

Whats New
Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com