Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kondisi Rupiah Terpengaruh Perkembangan di AS

Kompas.com - 03/04/2018, 14:42 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah beberapa waktu lalu mengalami pelemahan terhadap dollar AS.

Hingga siang ini, Selasa (3/4/2018), nilai tukar rupiah berada pada posisi Rp 13.757 per dollar AS, melemah dibandingkan pada posisi penutupan sehari sebelumnya, yakni Rp 13.753 per dollar AS.

Menurut Bloomberg, rupiah bergerak pada kisaran Rp 13.754 hingga Rp 13.768 per dollar AS. Sementara itu, selama setahun, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran Rp 13.126 hingga Rp 13.817 per dollar AS.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo menjelaskan, secara tahun kalender (year to date/ytd), nilai tukar rupiah terdepresiasi 1,45 persen. Namun demikian, dibandingkan dengan mata uang negara-negara emerging markets (negara berkembang lainnya), kondisi rupiah cenderung lebih baik.

"Dibandingkan negara-negara lain seperti Filipina, India, Turki yang terdepreasiasi cukup besar," kata Agus di Gedung DPR MPR RI.

Agus menjelaskan, kondisi rupiah dipengaruhi kondisi di AS. Beberapa waktu lalu, pasar keuangan global bergerak saat menunggu hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC).

Meskipun demikian, pasar keuangan global kemudian cenderung stabil setelah hasil rapat FOMC sesuai dengan perkiraan. Dalam rapat tersebut, bank sentral AS Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR).

Agus menyebut, bank sentral pun terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Pada tahun 2016 silam, nilai tukar rupiah menguat alias terapresiasi 2,3 persen dan kemudian pada tahun 2017 terdepresiasi 0,71 persen.

"Target kami nilai tukar dalam kondisi yang mencerminkan fundamental ekonomi," jelas Agus.

Dalam kesempatan yang sama, Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo mengungkapkan, nilai tukar rupiah ditentukan oleh pasar dan kondisi permintaan dan penawaran yang ada. Namun demikian, bank sentral tidak menginginkan volatilitas rupiah terlampau di luar batas kewajaran.

"Itu menjadi poin kita. Yang akan kami lakukan bukan kepada levelnya, nominalnya, tetapi bagaimana stabilitas dari sisi volatilitasnya terus kami jaga," terang Dody.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com