Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia, Pasar Menjanjikan untuk Transaksi Keuangan Digital

Kompas.com - 04/04/2018, 14:00 WIB
Aprillia Ika

Editor

KOMPAS.com - Indonesia jadi negara dengan potensi paling menjanjikan untuk pasar transaksi keuangan digital.

Center for Indonesia Policy Studies (CIPS) memperkirakan bahwa transaksi keuangan digital akan meningkat lebih dari 200 persen pada 2021 mendatang kalau dibandingkan dengan nilai transaksi pada 2015 senilai 4,61 miliar dollar AS.

Sementara itu, jumlah pengguna transaksi digital pada 2015 adalah sebesar 22,2 juta orang dan jumlah ini juga diperkirakan meningkat hampir dua kali lipat di tahun 2020 mendatang.

Peneliti CIPS Novani Karina Saputri mengatakan, Indonesia adalah pasar yang menjanjikan untuk pasar digital dan transaksi keuangan digital.

Baca juga : Pemerintah Perlu Gencarkan Literasi Keuangan untuk Transaksi Elektronik

Potensi ini sudah digambarkan pemerintah dengan target menjadikan Indonesia sebagai pasar digital terbesar di Asia Tenggara pada 2020. Kontribusi pasar digital terhadap PDB juga diupayakan terus meningkat.

“Kontribusi pasar digital terhadap PDB pada tahun ini diprediksi akan meningkat hingga 10 persen. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2016, kontribusi pasar digital terhadap PDB Indonesia adalah 3,61 persen. Jumlah ini kembali meningkat menjadi 4 persen pada tahun 2017,” jelas Novani melalui siaran pers. 

Proyeksi ini didasarkan pada beberapa hal, salah satunya adalah data Bank Indonesia yang menjelaskan bahwa nilai transaksi e-commerce di Indonesia yang terus meningkat dalam empat tahun terakhir.

Kenaikan nilai transaksi ini juga diikuti adanya peningkatan nilai transaksi pangsa e-commerce terhadap ritel yang juga terus merangkak naik dengan proyeksi 3,1 persen di tahun 2017.

Baca juga : Menperin Usul Besaran Pajak Penghasilan untuk E-Commerce 0,5 Persen

Meningkatnya transaksi keuangan digital di Indonesia ini tentunya menjadi angin segar bagi investor dalam negeri maupun luar negeri.

Hal ini tentu menarik minat mereka untuk menanamkan modalnya dalam bentuk investasi dana pada perusahaan di Indonesia maupun menanamkan modal dalam bentuk perusahaan berbasis teknologi dan komunikasi itu sendiri.

Sehingga tidak menutup kemungkinan, lanjut Novani, pertumbuhan ekonomi di Indonesia kedepannya akan banyak disokong dari sektor ekonomi digital.

Pembangunan infrastruktur kawasan industri dan sektor penunjang ekonomi tentu saja bisa menghabiskan anggaran yang besar.

Sedangkan Indonesia belum memiliki tabungan yang cukup untuk mendanai pembangunan tersebut dari kantong sendiri. Dengan begitu, pembangunan tidak bisa bertumpu pada investasi dalam negeri saja.

Menurut Novani, investasi asing masuk ke Indonesia itu bagus karena tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi secara makro, tetapi juga dapat membuka lapangan kerja yang yang secara tidak secara langsung juga akan mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan.

Lapangan kerja baru juga akan meningkatkan daya beli masyarakat, menambah capital lending yang dapat dimanfaatkan untuk pembiayaan perusahaan dalam negeri, dapat memberikan edukasi mengenai kualitas produk, teknologi produksi dan etos kerja yang baik.

"Jadi, investasi bukan hanya dilakukan untuk kepentingan ekonomi, tetapi juga membangun investasi intelektual bagi tenaga kerja,” jelasnya.

 

Kompas TV Jiia dibandingkan, angka ini terus membayangi nilai realisasi investasi ke sektor migas senilai 9 miliar Dollar Amerika Serikat.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com