Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polemik Stasiun Duri: Bentuk Kesadaran Masyarakat Bertransportasi Umum

Kompas.com - 06/04/2018, 11:40 WIB
Mutia Fauzia,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Polemik frekuensi keberangkatan KRL Duri-Tangerang dan KA Bandara di Stasiun Duri belakangan ini menuai banyak komentar dari masyarakat.

Salah satu pengamat transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, juga memiliki pandangan tersendiri melihat persoalan tersebut.

Dia berpandangan, masyarakat Jakarta sudah memiliki kesadaran cukup tinggi untuk menggunakan transportasi umum.

“Masyarakat berharap tinggi kepada angkutan umum. Ini sisi positifnya. Orang-orang Jakarta tidak ingin menghabiskan waktunya di jalan, lelah mereka, bisa menurunkan produktivitas. Momentum ini seharusnya menjadi perhatian khusus bagi pemerintah untuk lebih mengembangkan transportasi umum,” ujar Djoko ketika dihubungi Kompas.com pada Kamis (05/04/2018).

Baca juga: Memahami Riwayat Kereta Bandara dan KRL Tangerang-Duri

Djoko mengoreksi munculnya argumen berkaitan dengan KA Bandara yang menggunakan jalur KRL. Menurut dia, justru KRL yang menggunakan slot kereta bandara, hanya saja kereta bandara tidak kunjung dioperasikan karena ketiadaan armada.

Jadi, daripada kosong, digunakan untuk KRL dengan jumlah yang tidak penuh, hanya delapan rangkaian dalam satu kereta. Untuk saat ini, gerbong ditambah menjadi 12 rangkaian.

Sebagai informasi melalui Perpres 83 Tahun 2011 pemerintah memberikan otoritas kepada PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) untuk membangun prasarana.

Sebelumnya, dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian, operator kereta tidak bisa membangun, hanya pemerintah yang bisa membangun prasarana.

Baca juga: KRL Mania: Demi Kereta Bandara, Pemerintah Korbankan Ribuan Penumpang Kereta Komuter

Solusi

Menurut Djoko, sebagai solusi lebih baik Perpres 83 Tahun 2011 dicabut sehingga pemerintah bisa membangun jalur ganda dari Tanah Abang, Duri, sampai Batu Ceper seperti halnya Manggarai ke Cikarang.

Di sisi lain, Djoko menambahkan bahwa masyarakat sudah telanjur terbiasa dengan jadwal KRL sebelumnya dan hanya perlu kembali membiasakan diri dengan perubahan jadwal kereta Duri-Tangerang.

“Lalu, apakah penambahan dari 8 menjadi 12 gerbong efektif untuk mengangkut semua penumpang? Itu perlu perhitungan lebih lanjut. Kita jangan membebankan semua penumpang pada kereta,” ujarnya.

Djoko juga menyarankan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) untuk membuat jalur bus premium untuk trayek Jakarta-Tangerang.

Baca juga: Dua Solusi soal Pengurangan Perjalanan Komuter Lintas Duri-Tangerang

Sebelumnya, pemberitaan Stasiun Duri menjadi viral karena unggahan video padatnya arus penumpang KRL pada Kamis (29/03/2018).

Penambahan frekuensi kereta dari 50 menjadi 70 keberangkatan menjadi penyebab berkurangnya frekuensi keberangkatan KRL Duri-Tangerang dari 90 menjadi 80 keberangkatan.

Hal itu berimbas pada jadwal keberangkatan KRL yang sebelumnya 20 menit sekali menjadi 30 menit sekali.

Kompas TV Kemudahan transportasi selayaknya disikapi pemerintah untuk mengembangkan fasilitas lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Terapkan Ekonomi Sirkular, Aqua Gandeng Ikatan Pemulung

Terapkan Ekonomi Sirkular, Aqua Gandeng Ikatan Pemulung

Whats New
Inflasi Medis Kerek Pembayaran Klaim AXA Financial Indonesia

Inflasi Medis Kerek Pembayaran Klaim AXA Financial Indonesia

Whats New
Wirausaha Muda Butuh Tingkatkan Kompetensi, Program Bimbingan Jadi Solusi

Wirausaha Muda Butuh Tingkatkan Kompetensi, Program Bimbingan Jadi Solusi

Whats New
Terbang ke Jepang, Menhub Bahas MRT Jakarta hingga Pelabuhan Patimban

Terbang ke Jepang, Menhub Bahas MRT Jakarta hingga Pelabuhan Patimban

Whats New
Forum APEC SMEWG, Menteri Teten Ajak Tingkatkan Kolaborasi terkait UKM

Forum APEC SMEWG, Menteri Teten Ajak Tingkatkan Kolaborasi terkait UKM

Whats New
Ekonom Sebut Program Gas Murah Berisiko Bikin Defisit APBN

Ekonom Sebut Program Gas Murah Berisiko Bikin Defisit APBN

Whats New
Hartadinata Abadi Bakal Tebar Dividen Rp 15 Per Saham

Hartadinata Abadi Bakal Tebar Dividen Rp 15 Per Saham

Whats New
Penjelasan DHL soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Penjelasan DHL soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Stok Lampu Bisa Langka gara-gara Implementasi Permendag 36/2023

Stok Lampu Bisa Langka gara-gara Implementasi Permendag 36/2023

Whats New
IHSG Ditutup Naik 63 Poin, Rupiah Menguat di Bawah Level 16.200

IHSG Ditutup Naik 63 Poin, Rupiah Menguat di Bawah Level 16.200

Whats New
Jam Operasional Pegadaian Senin-Kamis, Jumat, dan Sabtu Terbaru

Jam Operasional Pegadaian Senin-Kamis, Jumat, dan Sabtu Terbaru

Whats New
Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Whats New
Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Whats New
Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Whats New
Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com