Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah dalam Pusaran Isu Perang Dagang AS-China

Kompas.com - 09/04/2018, 08:36 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa waktu terakhir dunia menyaksikan ketegangan perdagangan yang terus bergulir antara dua ekonomi terbesar, yakni Amerika Serikat dan China. Ketegangan tersebut tentu diwarnai dengan ditebarnya ancaman pengenaan tarif impor dan perang dagang.

Presiden AS Donald Trump menuding China melakukan praktik perdagangan yang tak adil, menyalahi aturan perdagangan global, dan mencuri kekayaan intelektual AS. Kebijakan yang diambil Trump, pertama, adalah menandatangani aturan pengenaan tarif impor baja sebesar 10 persen dan tarif impor alumunium sebesar 25 persen.

Trump pun dalam akun Twitter pribadinya menyatakan bakal menurunkan defisit perdagangan sebesar 1 miliar dollar AS. Adapun defisit perdagangan AS dengan China pada tahun 2017 lalu mencapai 375,2 miliar dollar AS.

Kebijakan tersebut membuat China naik pitam. Pemerintah China menyatakan, perang dagang tak akan menguntungkan siapapun dan China telah mempersiapkan respon terbaik untuk membalas kebijakan Trump tersebut.

Baca juga: Jaga Rupiah, Cadangan Devisa Turun Jadi 126 Miliar Dollar AS

"Memilih perang dagang jelas keputusan yang salah, pada akhirnya Anda akan melukai orang lain dan diri sendiri. China tentu saja akan membuat respon yang sesuai dan diperlukan," ujar Menteri Luar Negeri China Wang Yi.

AS kemudian mengumumkan tarif impor terhadap produk-produk China senilai total 50 miliar dollar AS. China pun membalas dengan rencana pengenaan tarif impor produk-produk AS dengan total nilai 3 miliar dollar AS.

Tidak hanya itu, China pun memperingatkan bakal membuat perang dagang lebih menyakitkan bagi AS. China pun menetapkan kebijakan tarif impor terhadap produk-produk AS, termasuk daging babi dan wine.

Beijing mengenakan tarif impor hingga 25 persen terhadap 128 produk asal AS. AS tak tinggal diam dan membalas pula dengan mengancam 1.300 produk asal China bakal kena tarif impor sebesar 25 persen.

Produk-produk yang dibidik AS antara lain televisi dan sepeda motor buatan China.

Kebijakan balasan terus bergulir di antara kedua negara. Tak terhindarkan, pasar keuangan global pun terdampak ketegangan kedua negara tersebut.

Indeks saham di AS seperti Wall Street dan Dow Jones Industrial Average anjlok, begitu pula dengan indeks saham Asia. Nilai tukar rupiah pun melemah, merespon gejolak pada pasar keuangan global.

Selama sepekan lalu saja, pergerakan rupiah konstan melemah. Isu perang dagang antara AS dan China menahan laju rupiah.

Baca juga: Terimbas Perang Dagang, Rupiah Diprediksi Masih Melemah

Mengutip Bloomberg, Jumat (6/4/2018), nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,08 persen ke level Rp 13.778 per dollar AS. Sepanjang pekan lalu, rupiah melemah 0,18 persen.

Kurs tengah rupiah di Bank Indonesia juga terdepresiasi 0,03 persen menjadi Rp 13.771 per dollar AS. Sehingga, dalam sepekan, nilai kurs rupiah melemah 0,15 persen.

Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail menilai, rupiah masih terus disetir faktor eksternal, khususnya perkembangan kebijakan tarif dagang antara dua negara raksasa ekonomi, AS dan China. Setelah sempat agak mereda, akhir pekan ini, Presiden AS Trump justru membuat pernyataan akan menaikkan tarif impor barang China dari sebelumnya 50 miliar dollar AS menjadi 100 miliar dollar AS.

"Tensi perang dagang kembali naik, apalagi tidak ada sentimen domestik yang menjadi pendorong. Jadi, rupiah masih tertekan," ujar Mikail seperti dikutip dari Kontan.co.id.

Cadangan devisa Indonesia terkikis, sebagai upaya bank sentral menyeimbangkan rupiah. BI melaporkan, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2018 tercatat sebesar 126 miliar dollar AS. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan posisi pada bulan sebelumnya yang mencapai 128,06 miliar dollar AS.

Penurunan cadangan devisa pada Maret 2018 terutama dipengaruhi oleh penggunaan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah. Cadangan devisa juga digunakan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.

Pelemahan rupiah tak terbendung gejolak di pasar global, ditambah minimnya sentimen positif dari dalam negeri. Sampai kapan rupiah berada dalam pusaran perang dagang? Kita lihat saja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Whats New
Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Whats New
OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

Whats New
Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Whats New
LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Whats New
Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Whats New
Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Earn Smart
Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Whats New
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Whats New
Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Whats New
Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Spend Smart
Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Whats New
Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Whats New
Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com