Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertumbuhan Ekonomi Asia dan Pasifik 2018 Diprediksi Turun

Kompas.com - 11/04/2018, 22:05 WIB
Yoga Hastyadi Widiartanto,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Pembangunan Asia (ADB) dalam laporan tahunan Asia Development Outlook (ADO) 2018 memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi kawasan Asia dan Pasifik bakal mengalami sedikit penurunan dibandingkan 2017 lalu.

Adapun penurunan tersebut hanya 0,1 persen, yakni dari 6,1 persen pada 2017 kemudian menjadi 6,0 persen pada 2018. Penurunan tersebut kemungkinan masih akan berlanjut pada 2019, yakni menjadi 5,9 persen.

Kendati terjadi sedikit penurunan, menurut Wakil Kepala Perwakilan ADB Indonesia, Sona Shresta keseluruhan pertumbuhan di kawasan sebenarnya dalam posisi yang baik.

“Ada berbagai perekonomian di kawasan Asia yang sedang berkembang dan mempertahankan momentum pertumbuhan. Perkembangan itu didorong oleh kebijakan yang baik (good governance), kuatnya ekspor, serta tingginya konsumsi domestik,” ucapnya dalam paparan ADO di Jakarta, Rabu (11/4/2018).

Baca juga: ADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI 5,3 Persen Tahun Ini

Dia menambahkan kawasan Asia Tenggara mendapatkan manfaat dari membaiknya harga komoditas, seperti batubara serta minyak kelapa sawit, dan meningkatnya perdagangan dunia. Pertumbuhan ekonomi sejumlah negara di dalamnya, yakni Indonesia, Filipina, dan Thailand menjadi lebih cepat karena didorong peningkatan konsumsi domestik. Sedangkan di Vietnam, pertumbuhan ekonomi ditopang ekspansi berbasis industri.

Di Asia Selatan, pertumbuhan ekonomi akan ditopang oleh pulihnya perekonomian India. ADB memprediksi perekonomian India di 2018 akan naik ke 7,3 persen dan pada 2019 naik ke 7,6 persen. Adapun sebelumnya, pada 2017 perekonomian India berada di 6,6 persen.

Kenaikan harga komoditas juga berpengaruh mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi Asia Tengah, yang diproyeksikan mencapai 4 persen pada 2018 dan 4,2 persen pada 2019.

Kemudian negara-negara di Pasifik diperkirakan mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 2,2 persen dan 3 persen dalam kurun waktu 2018 hingga 2019.

Namun ada juga risiko penurunan, mengingat adanya kekhawatiran terhadap memburuknya ketegangan dalam hubungan dagang Amerika Serikat dengan China.

“Ketentuan tarif baru Amerika Serikat terhadap produk tertentu belum sampai mengganggu perdaganggan. Tapi tindakan lanjutan, serta balasannya, berpotensi merusak keyakinan dunia usaha dan konsumen di Asia serta Pasifik,” jelas Sona.

Dia juga memberi catatan, meski ada potensi pengaruh pada keyakinan usaha dan konsumen, ketegangan hubungan dagang Amerika Serikat dan China kemungkinan tidak bakal mengganggu Indonesia. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi Tanah Air masih ditopang oleh permintaan domestik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com