Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maret 2018, Neraca Perdagangan Indonesia Diprediksi Surplus

Kompas.com - 14/04/2018, 12:28 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

BATAM, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) menyatakan, neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2018 diprediksi surplus hingga 1,1 miliar dollar AS. Angka tersebut berbalik dibandingkan posisi neraca perdagangan yang mengalami defisit selama tiga bulan terakhir.

Meskipun demikian, Gubernur BI Agus DW Martowardojo tidak menjelaskan secara terperinci mengenai faktor pendorong surplus neraca perdagangan tersebut.

Pada Januari 2018, neraca perdagangan mengalami defisit sebesar 750 juta dollar AS dan pada bulan Februari 2018 tercatat defisit sebesar 116 juta dollar AS.

"Maret ini akan ada surplus kira-kira 1,1 miliar dollar AS. Neraca perdagangan kita di kuartal I 2018 akan positif," ungkap Agus di Batam, Kepulauan Riau, Jumat (13/4/2018).

Proyeksi neraca perdagangan pada Maret 2018 yang mengalami surplus tersebut akan menutup defisit pada dua bulan sebelumnya. Dengan demikian, secara keseluruhan kuartal I 2018, kinerja ekspor dan impor Indonesia akan berada dalam tataran positif.

Agus pun menyatakan, dengan kinerja neraca perdagangan tersebut, maka diperkirakan transakski berjalan Indonesia akan tetap mencatat defisit. Namun demikian, defisit transaksi berjalan tersebut masih dalam level yang terjaga dengan baik, yakni 2 persen dari produk domestik bruto (PDB).

"Sedikit ada tekanan, tapi nanti akan kembali terkendali karena secara umum selama transaksi berjalan terhadap PDB itu di bawah 3 persen kami melihat itu masih sehat," sebut Agus.

Memperhatikan sejumlah indikator ekspor, seperti pemulihan ekonomi negara negara-negara mitra dagang, indeks produksi industrial, dan kinerja ekspor terlihat ada peluang untuk membaik pada Maret 2018 ini.

Pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal IV 2017 adalah 2,6 persen, membaik dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 2,3 persen.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Jepang pada kuartal IV 2017 mencapai 2 persen, meningkat dibandingkan pada kuartal III 2017 yang sebesar 1,9 persen.

Akan tetapi, Agus menambahkan, meskipun ekspor meningkat, impor pun naik. Penyebabnya adalah target tinggi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan memicu kenaikan impor barang baku dan barang modal yang masih mengandalkan sumber manufaktur luar negeri.

"Impor bahan baku dan bahan antara yang cukup meningkat untuk mengisi dan memenuhi kebutuhan manufakturing untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2018," tutur Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com