Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Tanya soal Utang Luar Negeri RI, Ini Jawaban BI

Kompas.com - 14/04/2018, 13:50 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

BATAM, KOMPAS.com - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberikan kuliah umum di Universitas Batam, Kepulauan Riau, Jumat (13/4/2018).

Dalam kuliah umum tersebut, Perry menyampaikan materi mengenai prospek dan tantangan perekonomian Indonesia, serta bauran kebijakan yang diambil bank sentral.

Pada kesempatan itu, Perry pun menerima sejumlah pertanyaan dari kalangan mahasiswa di Batam. Salah satu pertanyaannya adalah kapan Indonesia dapat terbebas dari utang luar negeri.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Perry menuturkan, utang merupakan pilihan dalam hidup, tidak hanya dalam konteks perekonomian Indonesia. Seseorang, diibaratkan Perry, dapat memilih untuk berutang guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

"Hidup ini pilihan, mau berutang atau tidak," jelas Perry.

Perry, yang baru saja terpilih sebagai Gubernur BI periode 2018-2023 tersebut pun menjelaskan, seseorang bisa saja berutang untuk semisal membeli barang-baranng elektronik yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Atau bisa saja berutang untuk memiliki sepeda motor untuk mobilitas.

Akan tetapi, harus diperhatikan pula bahwa penghasilan yang dimiliki dapat mencukupi untuk membayar cicilan utang secara disiplin. Hal serupa juga terjadi pada perekonomian Indonesia.

Indonesia dapat mengambil utang luar negeri, asalkan digunakan untuk hal-hal produktif, misalnya untuk membiayai pembangunan. Asalkan, Indonesia dapat membayar kembali utang tersebut secara disiplin.

"Misalnya penghasilan Rp 1 juta, sepertiga dari Rp 1 juta tersebut bisa untuk bayar cicilan secara disiplin," tutur Perry.

Selain itu, imbuh dia, rasio utang luar negeri Indonesia pun relatif lebih kecil dibandingkan negara-negara lain. Bahkan, ada sebuah studi yang menyatakan bahwa, apabila rasio utang mencapai 60 persen masih dalam kondisi baik.

Akan tetapi, rasio utang luar negeri Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) jauh lebih rendah dibandingkan angka dalam studi tersebut. Sehingga, Perry menyatakan, utang luar negeri Indonesia masih dalam kondisi sehat dan terjaga dengan baik.

Data bank sentral menunjukkan, utang luar negeri Indonesia pada kuartal IV 2017 relatif terkendali. Utang luar negeri Indonesia pada akhir kuartal IV 2017 tercatat 352,2 miliar dollar AS atau tumbuh 10,1 persen secara tahunan (yoy).

"Perkembangan ULN ini terjadi baik di sektor publik maupun swasta, sejalan dengan kebutuhan pembiayaan untuk pembangunan infrastruktur dan kegiatan produktif lainnya," tulis bank sentral.

Bank Indonesia memandang perkembangan utang luar negeri pada kuartal IV 2017 masih terkendali. Rasio utang luar negeri Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir kuartal IV 2017 tercatat stabil di kisaran 34 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com