Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Geliat Ekonomi Indonesia di Kuartal I 2018

Kompas.com - 17/04/2018, 06:51 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perekonomian Indonesia pada kuartal I (Januari-Maret) 2018 tercatat mengalami pertumbuhan positif di berbagai aspek, dari penerimaan perpajakan dalam realisasi APBN hingga surplus neraca perdagangan. Dari dua indikator itu, nampak perekonomian pada kuartal I mulai menggeliat yang akan disambut dengan berbagai kebijakan untuk menjaga momentum pertumbuhan tersebut.

Badan Pusat Statistik (BPS) pada Senin (16/4/2018) menyatakan, neraca perdagangan Maret surplus 1,09 miliar dollar AS. Neraca perdagangan surplus setelah tiga bulan sebelumnya, dari Desember 2017 hingga Januari dan Februari 2018 mengalami defisit secara berturut-turut.

Total nilai ekspor Maret tercatat sebesar 15,58 miliar dollar AS atau naik 10,24 persen dibanding Februari. Sementara nilai impor Maret mencapai 14,49 miliar dollar AS atau naik 2,13 persen dibanding Februari.

Neraca perdagangan Januari-Maret 2018 juga mengalami surplus sebesar 0,28 miliar dollar AS. Meski begitu, dibandingkan dengan tahun sebelumnya (year on year) Januari-Maret 2017 yang surplus 4,08 miliar dollar AS, surplus neraca perdagangan kuartal I 2018 masih lebih rendah.

Baca juga: Presiden: 2030, RI Masuk 10 Besar Negara dengan Perekonomian Terkuat

"Nilai ekspor Maret menggembirakan, didominasi oleh ekspor industri pengolahan dengan nilai 11,18 miliar dollar AS. Share ekspor industri pengolahan menyumbang 71,75 persen dari total ekspor," kata Kepala BPS Suhariyanto di kantornya.

Beralih ke indikator berikutnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan penerimaan perpajakan kuartal I 2018 sebesar Rp 262,4 triliun atau tumbuh 10,3 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Poin penerimaan perpajakan terdiri atas dua hal, yakni penerimaan pajak dan penerimaan bea dan cukai.

"Untuk penerimaan pajaknya, sebesar Rp 244,5 triliun dan tumbuh 9,9 persen dibanding kuartal I 2017. Bila tanpa memperhitungkan tax amnesty, pertumbuhan penerimaan pajaknya mencapai 16,21 persen," tutur Sri Mulyani.

Nilai pertumbuhan pajak 9,9 persen turut memperhitungkan penerimaan uang tebusan dari program tax amnesty yang masih berlangsung hingga Maret 2017 senilai Rp 12 triliun. Pertumbuhan penerimaan pajak kuartal I 2018 disebut Sri Mulyani sebagai yang tertinggi sejak 2015 silam.

Adapun untuk penerimaan bea dan cukai tercatat sebesar Rp 17,9 triliun, setara dengan 9,2 persen dari target APBN 2018. Penerimaan bea dan cukai mengalami pertumbuhan 15,8 persen dibanding kuartal I 2017.

Indikasi pertumbuhan positif turut diperlihatkan melalui realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp 71,1 triliun atau memenuhi 25,8 persen dari target APBN 2018. PNBP kuartal I 2018 tumbuh 22,2 persen dibanding tahun lalu.

"Penerimaan perpajakan menunjukkan suatu perkembangan yang cukup menggembirakan dan denyut ekonomi kita mulai menunjukkan kenaikan dari PPh Pasal 21 yang tumbuh 15,73 persen, tertinggi sejak 2013. Ini tanda ada kenaikan gaji maupun orang kerja secara tetap," ujar Sri Mulyani.

Kompas TV Menurut Presiden, posisi Indonesia akan terus maju di tahun-tahun mendatang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Whats New
Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Whats New
Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Whats New
Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Whats New
OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

Whats New
Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Whats New
Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Whats New
OJK Sebut Perbankan Mampu Antisipasi Risiko Pelemahan Rupiah

OJK Sebut Perbankan Mampu Antisipasi Risiko Pelemahan Rupiah

Whats New
Bertemu Tony Blair, Menko Airlangga Bahas Inklusivitas Keuangan hingga Stabilitas Geopolitik

Bertemu Tony Blair, Menko Airlangga Bahas Inklusivitas Keuangan hingga Stabilitas Geopolitik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com