SHENZEN, KOMPAS.com - Huawei berpendapat, hadirnya era plus intelligence atau internet plus kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) akan mendorong terciptanya bisnis baru dan menciptakan lompatan yang luar biasa bagi perkembangan industri.
Ini dipaparkan oleh William Xu, Chief Strategy Marketing Officer Huawei, pada pidato pembukaan acara Huawei Global Analyst Summit 2018 (HAS 2018) dengan tema "Envision a Fully Connected, Intelligent World" pada Selasa (17/4/2018).
Data Huawei Global Industry Vision (GIV) 2025 menunjukkan bahwa hanya 16 persen dari total perusahaan yang menggukanan AI pada 2016. GIV 2025 menyurvei 170 negara di dunia.
Sementara pada 2025 diestimasi jumlah perusahaan yang menggunakan AI akan naik jadi 86 persen.
Kemudian di 2016 hanya 10 persen perusahaan mendapatkan keuntungan dari "intelligence" dalam bentuk Enterprise Intelligence. Sementara di 2025 jumlahnya akan naik jadi 80 persen.
Dengan menggunakan "intelligence" ini, potensi ekonomi digital yang bisa diraih semua perusahaan yakni mencapai 23 triliun dollar AS di 2025.
"Kita memasuki dunia serba pintar yang baru. Ini tidak sekadar big data. Dua tahun lalu para ahli big data hilang dan mereka jadi ahli AI," ujar William Xu.
Dengan AI, lanjutnya, 60 persen kegagalan jaringan di perusahaan bisa diprediksi dan itu akan menghemat ongkos perusahaan penggunanya.
Dalam paparan GIV 2025, Huawei memprediksi potensi ekonomi dari penggunaan AI ke ekonomi. Dari prediksi 23 triliun dollar AS bisa dibagi misal untuk public services 2,9 triliun dollar AS.
Untuk retail 1,5 triliun dollar AS, untuk transportasi dengan pesawat udara 0,9 triliun dollar AS, untuk transportasi lainnya 1,7 triliun dollar AS. Hal ini bisa mendorong pertumbuhan industri pariwisata di suatu negara.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.