Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penggunaan Blockchain Bisa Merevolusi Industri Perkapalan Dunia

Kompas.com - 23/04/2018, 16:20 WIB
Aprillia Ika

Editor

Sumber Bloomberg

KOMPAS.com - Globalisasi telah membawa perdagangan dunia ke tahap paling mutakhir saat ini, dengan kapal-kapal pengangkut barang yang terbesar dan tercepat, pelabuhan-pelabuhan yang dioperasikan robot, hingga komputer canggih pelacak kargo. Namun semua proses tersebut masih membutuhkan kertas-kertas dokumen.

Padahal, upaya merevolusi industri perkapalan sudah dimulai sejak abad 19 saat perusahaan perkapalan seperti AP Moeller-Maersk dan perusahaan pengapalan kontainer lain mulai menggunakan teknologi untuk mengontrol kompleksnya jaringan logistik dunia.

Pada 1960 saat standar kontainer diperkenalkan, yang mana mendorong globalisasi, ada banyak bisnis lain yang bertautan dengan bisnis perkapalan ini. Misal dengan pabrikan, bank, asuransi, broker, hingga pelabuhan. Tautan bisnis inilah yang membutuhkan banyak dokumentasi dan platform khusus.

Baca juga : Huawei: Blockchain Harus Menciptakan Efisiensi

Jika ada platform khusus yang bisa menambung semua kegiatan tersebut, maka semua proses dokumentasi yang biasanya butuh waktu hingga berhari-hari bisa dikerjakan dalam hitungan menit. Semuanya tanpa perlu tambahan tenaga dari manusia. Dengan demikian, ongkos pergerakan barang juga semakin rendah dan pabrikan semakin muah mendapatkan bahan-bahannya.

"Cara ini merupakan inovasi industri semenjak kontainer standar," kata Rahul Kapoor, analis di Bloomberg Intelligence di Singapura, seperti dikutip dari Bloomberg. "Ini membawa transparansi dan efisiensi melalui teknologi."

Kuncinya yakni penggunaan teknologi blockchain. Teknologi ini membiarkan transaksi diverifikasi secara otonom.

Dengan penggunaan teknologi blockchain ini, keuntungan bukan hanya akan dirasakan oleh industri perkapalan saja, tetapi juga akan meningkatkan komunikasi dan memperpendek masalah administrasi.

Penggunaan blockchain bisa mendatangkan tambahan 1 triliun dollar AS dalam perdagangan global, menurut World Economic Forum.

Baca juga : Platform Blockchain EEC Jajaki Pasar Indonesia

Perusahaan perkapalan yang sudah melakukan investasi ke platform berbasis blockchain misalnya APL Ltd yang dimiliki oleh CMA CGM SA. Perusahaan ini bekerja sama dengan Anheuser-Busch InBev NV, Accenture Plc, organisasi cukai Eropa.

Selain itu juga ada Hyundai Merchant Marine Co yang melakukan percobaan teknologi blockchain menggunakan sistem dari Samsung SDS Co.

Namun, tidak semua perusahaan memiliki solusi blockchain yang sama. Menurut APL, hal ini bisa jadi tantangan tersendiri jika mereka ingin menggunakan platform atau solusi yang umum.

Selain itu, pihak pelaku industri perkapalan juga harus mengajak tautan bisnis lain untuk masuk ke platform yang sama. Padahal perdagangan kargo belibatkan banyak bisnis di dalamnya.

Kompas TV 12 gerbong kereta MRT yang didatangkan dari Jepang tiba di Dermaga 102 Tanjung Priok Jakarta Utara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com