Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Prestasi" Trump Bikin Banyak Mata Uang Berjatuhan

Kompas.com - 25/04/2018, 19:10 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah melemah terhadap dollar AS. Akan tetapi, pelemahan tersebut juga dialami oleh mata uang negara-negara berkembang lainnya, tidak hanya Indonesia.

"Rupiah beberapa hari ini melemah, mencapai hampir menyentuh batas psikologisnya," kata ekonom dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetiantono dalam diskusi Diseminasi Laporan Perekonomian Indonesia (LPI) 2017 di Kantor Perwakilan BI Jawa Tengah di Semarang, Rabu (25/4/2018).

Tony menyebut, pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini disebabkan faktor eksternal maupun internal. Adapun faktor eksternal yang paling menonjol adalah perekonomian AS yang saat ini dalam kondisi sangat baik selama periode pemerintahan Presiden Donald Trump.

Salah satu indikatornya adalah pertumbuhan ekonomi AS yang sangat impresif, yakni 2,2 persen. Angka ini menurut Tony, sangat tinggi untuk ukuran AS yang mencatat produk domestik bruto (PDB) 19 triliun dollar AS.

Baca juga: Ini Strategi ASII Hadapi Fluktuasi Kurs Rupiah

Di samping itu, inflasi AS yang saat ini berada dalam sasaran 2 persen adalah angka yang diyakini tepat. Tony menjelaskan, AS tidak ingin inflasi terlalu tinggi maupun terlalu rendah.

"Terlalu rendah artinya gairah belanja lemah. Kalau inflasi terlalu tinggi akan merusak purchasing power (daya beli)," ungkap Tony.

Tidak hanya itu, angka pengangguran di AS pun sangat baik, yakni 4,1 persen. Capaian ini diakui Tony sangat mengesankan, sebab terlihat penurunan yang sangat signifikan sejak krisis finansial 2009-2010.

"Waktu krisis 2009-2010 pengangguran 10 persen. (Mantan Presiden AS Barack) Obama berhasil turunkan jadi 4,6 persen, lalu Trump turunkan lagi jadi 4,1 persen," sebut Tony.

Serapan tenaga kerja di sektor formal pun tidak kalah mengesankan, yakni sebanyak 313.000 pada Februari 2018 saja. Penjualan kendaraan bermotor pun mencapai rekor, yakni 17,.25 juta unit dalam sebulan.

Tony mengungkapkan, semua indikator ekonomi AS yang mengesankan tersebut berdampak pada meningkatnya keyakinan investor terhadap perekonomian AS.

Dampaknya, modal yang selama ini ditempatkan di luar negeri, termasuk di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dibalikkan ke AS.

"Menyebabkan outflow (arus modal keluar) dari emerging markets (negara-negara berkembang). Ini menyebabkan rupiah melemah secara eksternal," sebut Tony.

Pada pukul 16.05, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menunjukkan rupiah berada pada level Rp 13.888 per dollar AS. Angka ini lebih baik dibandingkan pada angka kemarin, Selasa (24/4/2018) yang berada pada level Rp 13.900 per dollar AS.

Adapun data Spot Exchange Rate Bloomberg sore ini, rupiah berada pada level Rp 13.924 per dollar AS, melemah 35 poin atau 0,25 persen.

Kompas TV Pada akhir pekan lalu, kurs rupiah spot bahkan hampir menyentuh Rp 14.000.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com