Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Firdaus Putra, HC
Komite Eksekutif ICCI

Ketua Komite Eksekutif Indonesian Consortium for Cooperatives Innovation (ICCI), Sekretaris Umum Asosiasi Neo Koperasi Indonesia (ANKI) dan Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED)

Platform, Kolaborasi, dan Era Baru Berkoperasi

Kompas.com - 26/04/2018, 05:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Melampaui kerja sama

Teknologi akan bekerja efektif pada budaya kerja yang pas. Platform marketplace koperasi juga demikian. Yang dibutuhkan bukan sekedar kerjasama, namun lebih daripada itu, yakni kolaborasi.

Istilah kerja sama (cooperation) sendiri sering dipertukarkan dengan kolaborasi (collaboration). Meskipun sebenarnya keduanya memiliki makna yang berbeda.

Dalam kerja sama, satu dengan yang lain mengandaikan "memberi untuk menerima". Sedangkan dalam budaya kolaborasi "memberi" lebih didahulukan daripada "menerima".

Kolaborasi hanya mungkin terjadi bila ada pertukaran (sharing) nilai, gagasan, tujuan dan seterusnya.

Sedangkan dalam kerja sama, klausul-klausul yang mengikat lebih didahulukan.

Kolaborasi lebih berdimensi jangka panjang, sedangkan kerja sama cenderung taktis dan jangka pendek (Schottle, 2014).

Menyongsong platform baru itu, koperasi perlu menggeser paradigma dari kerjasama ke arah kolaborasi. Pasalnya marketplace itu membutuhkan konsolidasi seluruh pasar koperasi.

Dalam paradigma lampau, pasar koperasi sebatas anggotanya semata. Dalam paradigma baru ini, kapling itu harus dilebur untuk hasilkan daya ungkit bersama.

Yakni anggota Koperasi A dapat dilayani di Koperasi B; Anggota Koperasi C belanja di anggota Koperasi A; Dan seterusnya. Dan semua itu terjadi berbasis transaksi non-tunai.

Garis demarkasi yang ada juga perlu dilampaui. Dalam budaya lama, Koperasi Primer tunduk pada Koperasi Sekunder/ Induknya.

Dalam budaya baru, Koperasi Primer satu dengan yang lain terhubung dalam sebuah jaringan komunitas.

Perbedaan jenis juga harus dilampaui. Koperasi Simpan Pinjam/ Kredit terhubung langsung dengan koperasi konsumen; koperasi produsen terhubung dengan koperasi jasa; dan seterusnya.

Paradigma kolaborasi ini merupakan anak kandung model kerja jaringan (network) daripada hirarkis. Kunci keberhasilannya terletak pada berbagi informasi, nilai, keyakinan, kata Schottle (2014) dalam risetnya.

Pusat gravitasinya adalah orang yang terlibat alih-alih sumberdaya. Sehingga kolaborasi hanya mungkin bila satu dengan yang lain memiliki mutual understanding atau kesalingpemahaman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com