JAKARTA, KOMPAS.com - Satu minggu terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Hingga Kamis, (26/4/2018) IHSG telah melewati level terbawah dan terus meluncur hingga 2,81% ke level 5.909,19 poin.
Penjualan investasi oleh asing terhadap saham-saham dengan nilai kapitalisasi besar mencapai Rp 1,31 triliun.
Beberapa saham yang paling banyak dilepas oleh asing adalah Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar Rp 569 miliar, Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebesar Rp 475 miliar, Bank Central Asia, Tbk Rp 104 miliar, Astra Internasional, sebesar Rp 94 miliar, dan Telekomunikasi Indonesia (Persero), Tbk senilai Rp 65 miliar.
Baca juga : IHSG Anjlok 156 Poin, Analis Sebut Investor Panik dengan Rupiah
Namun, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio masih memandang positif masa depan pasar saham.
Dirinya mengatakan, masih banyak sentimen positif yang akan meningkatkan kembali mengangkat IHSG, sejauh pertumbuhan ekonomi di Indonesia cenderung masih stabil yang didorong oleh gencarnya pembangunan infrastruktur pemerintah dan jumlah ekspor yang semakin kuat.
"Jika pemerintah terus berbicara mengenai pembangunan infrastrukturr dan ekspor, ini juga akan membangun sentimen positif terhadap kondisi pasar modal kita," ujarnya ketika konferensi pers di Bursa Efek Indonesia, Kamis (26/4/2018).
Baca juga : IHSG Diprediksi Cenderung Melemah di Akhir Pekan Ini
Faktor Eksternal
Chief Economist & Investment Strategist Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Katarina Setiawan mengatakan turunnya indeks IHSG ini dipengaruhi faktor-faktor eksternal.
Seperti suku bunga bank sentral Amerika The Fed yang terus meningkat dan diprediksikan akan kembali meningkat hingga tiga kali tahun ini, isu perang dagang antara China dan Amerika, serta kondisi geopolitik Amerika dan Suriah yang sedang memanas beberapa waktu belakangan.
"Sebenarnya, kondisi fundemental domestik terjaga kuat tapi pasar tidak bisa imune terhadap volatilitas global," lanjutnya.
Baca juga : Manulife: Meski IHSG Terperosok, Investor Diminta Tidak Panik
Senada dengan pernyataan Katarina, Dirut BEI mengatakan tidak pastinya kondisi perekonomian global adalah faktor utama anjloknya IHSG ke level 5.901,9 poin.
"Ini karena pasar global ada uncertainty, karena ada Trump effect, tapi tidak akan terjadi seperti 98," ujarnya.
Kondisi Pasar Saham Masih Baik
Tito melanjutkan, kondisi pasar saham Indonesia, terlepas dari volatilitas yang sedang terjadi cenderung masih bagus.