Motif Magelangan
Iwing tidak pernah berhenti berkreasi dengan menciptakan motif baru khas Magelang, seperti motif Kupat Tahu, Sejuta Bunga, Motif Gladiool, Bunga Sepatu, Bunga Cempaka dengan tiga varian, Daun Suruh, dan Lidah Api.
Lalu tiga motif terbaru berupa Magelang dan Glatik, Wates, dan Bengkok. Tiga motif di antaranya sudah dia patenkan, yakni Kupat Tahu, Cempaka, dan Sejuta Bunga.
“Saya memang punya target bikin 3 motif batik baru dalam setahun. Ada yang juga motif yang enggak sengaja, karena kena air hujan saat pewarnaan, tapi jadi bagus dan saya beri nama motif pelangi," kisahnya.
Sejauh ini, batik Iwing memakai 90 persen pewarna sintetis, sedangkan 10 persennya pewarna alam.
Menurut dia, batik dengan warna sintetis lebih diminati konsumen karena harganya lebih terjangkau dibandingkan batik dengan pewarna alami yang harganya memang jauh lebih mahal.
Memanfaatkan sisa kain
Iwing melihat prospek batik tidak hanya pada kain saja, tapi juga kerajinan yang terbuat dari sisa kain. Iwing pun memanfaatkan sisa kain jadi blangkon, tas, dompel, kalung, gelang dan aneka aksesoris wanita.
Untuk pembuatan blangkon, dia dibantu kakeknya, sedangkan aksesori dikerjakan bersama anak keduanya, Zahara Rizki.
“Semua dibuat dengan memanfaatkan sisa kain batik. Peminatnya lumayan banyak juga,” ucapnya.
Adapun untuk harga, Iwing membanderol batiknya di kisaran Rp 100.000 - Rp 1 juta per potong. Sementara aksesoris dijual Rp 10.000 - Rp 100.000 per buah.
Dari hasil usaha itu, dia bisa mengantongi omzet hingga Rp 20 juta per bulan. Iwing mengaku bersyukur karena bisa membantu perekonomian keluarga.
"Kalau dapat rezeki lebih lagi saya ingin tempat workshop yang lebih luas," pungkasnya.
Baca juga: Kisah Ershad, Mengolah Limbah Elektronik Jadi Perhiasan untuk Ekspor
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.