Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Cara Meningkatkan PDB di Asia

Kompas.com - 27/04/2018, 19:34 WIB
Josephus Primus

Editor


KOMPAS.com - Laporan penelitian bertajuk "A way Back To School" menunjukkan cara untuk meningkatkan produk domestik bruto (PDB) negara-negara Asia dengan memberikan kepedulian kepada anak putus sekolah. Khususnya, di sekolah tingkat menengah.

Perusahaan logistik asal Jerman, DHL, mengirimkan catatan laporan itu kepada Kompas.com hari ini. Dalam kesempatan itu, DHL juga memberikan informasi soal inisiasi program DHL GoTeach di Indonesia.

Laporan menunjukkan bahwa Asia menempati posisi tercepat pertumbuhan ekonominya. Namun, pendapatan PDB-nya justru turun hingga dua persen.

"Ini terjadi karena meningkatnya jumlah anak putus sekolah," kata Christof Ehrhart, Executive Vice President of Corporate Communications and Responsibility, Deutsche Post DHL Group.

Catatan itu juga menunjukkan pada tujuh negara Asia, yakni Bangladesh, India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, and Vietnam jumlah anak putus sekolah meningkat secara eksponensial saat anak-anak tumbuh dewasa.

Minimal 1 dari 3 anak yang putus sekolah tersebut berada pada usia sekolah menengah.

“Anak putus sekolah adalah perkara sosial yang penting dan harus dikenali setiap orang, sebab bisa berdampak pada pelemahan ekonomi yang bisa mengejutkan banyak orang,” kata Christof Ehrhart lagi.

Di India, meskipun pertumbuhan ekonomi India mencapai 7 persen per tahun, tingkat anak putus sekolah di India mencapai 28 persen saat masuk tingkat sekolah menengah.

Di Indonesia, masih ditemukan 1 dari 5 siswa putus sekolah pada usia sekolah menengah pertama.

GoTeach


Kegiatan DHL GoTeach di Medan, Sumatra Utara. DHL GoTeach Kegiatan DHL GoTeach di Medan, Sumatra Utara.

Hasil penelitian tersebut juga menemukan bahwa kebanyakan dari anak miskin yang putus sekolah disebabkan karena mencari tambahan pendapatan untuk keluarganya.

Untuk itu, meningkatkan kesadaran orang tua akan manfaat menyelesaikan sekolah minimal tingkat menengah sangat berperan untuk menjaga siswa tetap sekolah.

Cara yang dilakukan antara lain memberi pengertian kepada orangtua bahwa gaji yang diterima anak bisa mencapai 45 persen sesuai dengan kebijakan masing-masing negara.

Cara ini terbilang efektif andai dibandingkan dengan cara tradisional seperti memberikan hibah ataupun subsidi.

Kemudian, katering di sekolah yang diberikan kepada siswa kurang mampu atau yang pendapatan rendah, berkontribusi cukup signifikan untuk menekan angka anak putus sekolah.

“Investigasi kami memperkuat bahwa kebanyakan anak putus sekolah di Asia Pasifik karena mencari kebutuhan ekonomi. Baik itu untuk mendapat gaji ataupun karena tidak mampu membayar biaya sekolah yang tinggi,” jelas Ehrhart.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com