Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Tangan Adang, Bambu Tak Bernilai Jadi Alat Musik Puluhan Juta Rupiah

Kompas.com - 28/04/2018, 21:13 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Adang Muhidin (44) tak pernah menyangka ide sederhananya mengolah bambu jadi alat musik modern membawa dia pada posisinya saat ini.

Pria asal Cimahi, Jawa Barat tersebut merupakan pengusaha kerajinan berbasis bambu yang produknya banyak diminati oleh warga negara asing selama beberapa tahun terakhir.

"Ide saya buat bikin sesuatu dari bambu itu karena saya bangkrut tahun 2011," kata Adang saat ditemui Kompas.com di sela-sela acara Inacraft 2018, Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat, Sabtu (28/4/2018).

Dahulu Adang bekerja sebagai kontraktor dan memiliki beberapa bengkel sebagai usahanya yang lain. Namun, satu per satu usaha tersebut tidak berkembang lalu terpaksa gulung tikar.

Baca juga : Di Magelang, Bambu Disulap Jadi Sistem Peringatan Dini Longsor

Pada suatu waktu, Adang sedang termenung memikirkan dirinya selepas bangkrut. Secara tidak sengaja, dia melihat banyak bambu di pinggir jalan, kemudian timbul ide bahwa hal tersebut bisa dibuat menjadi sesuatu yang unik dan berbeda.

"Kalau bikin kursi begitu kan sudah biasa, ya. Saya ingat pernah nonton konsernya Addie MS di TV, yang sering disorot itu biolanya. Ya sudah, saya coba bikin biola dari bambu," tutur Adang.

Proses pembuatan biola dari bambu memakan waktu cukup lama, mulai dari riset sampai percobaan beberapa kali yang diwarnai kegagalan terlebih dahulu.

Hingga pada 2014 Adang akhirnya bisa membuat biola pertamanya, yang kemudian diminati oleh seorang dari Jepang ketika ada kunjungan ke acara komunitas pecinta bambu.

Baca juga : Ngatmin, Mengolah Bambu menjadi Biola

Awalnya, Adang tidak menyangka biola tersebut bisa dijual. Hingga akhirnya orang Jepang tersebut menanyakan langsung ke Adang, dengan kondisi kala itu dia belum siap mematok harga berapa.

"Saya bilang saja Rp 3 juta, spontan kasih harga segitu. Setelah terjual, saya mulai percaya diri, lalu bikin alat musik yang lain kayak gitar, bas, drum set, saxophone, kecapi, dan cello," ujar Adang.

Selama proses pembuatan alat musik yang diberi nama merek Viragiawe, Adang sangat mengandalkan informasi dari internet. Dari sana pun dia tahu bahwa belum ada yang membuat alat musik dari bambu seperti yang dia tekuni saat itu.

Hanya bermodalkan Rp 100.000

Adang mengenang, saat pertama membuat biola, dirinya hanya mengeluarkan uang Rp 100.000. Uang itu digunakan untuk membeli bor seharga Rp 52.000 dan beberapa perlengkapan lain seperti lem dan senar.

Baca juga : Mengenal Singgih, Perajin Stik Bambu di Madiun yang Dikenal hingga Luar Negeri

"Kalau bambunya kan gratis, tinggal ambil di pinggir jalan. Bambu yang masih gelondongan begitu belum ada nilainya, tapi kalau sudah jadi alat musik seperti ini, sudah beda," kata dia.

Sejalan dengan pengembangan usahanya, Adang bersama beberapa temannya turut merintis komunitas bernama Indonesia Bamboo Comunity (IBC) sebagai wadah memperkenalkan lebih banyak hal tentang bambu. Bisnis alat musik itu jadi salah satu unit usahanya yang menopang kegiatan komunitas tersebut.

Halaman:


Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com