Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Faisal Basri: Menteri Rini Soemarno Kerap Langgar Aturan

Kompas.com - 03/05/2018, 17:33 WIB
Andi Hartik,
Palupi Annisa Auliani

Tim Redaksi


MALANG, KOMPAS.com
—Ekonom Faisal Basri mengkritik kinerja Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno. Selama menjabat sebagai menteri BUMN, Rini disebut kerap melakukan tindakan yang diduga berpotensi merugikan negara.

"Rini Soemarno itu orang yang melanggar aturan, memaksakan... Herannya kenapa tidak diperhatikan oleh Presiden," ujar Faisal, di Malang, Jawa Timur, Kamis (3/5/2018), ketika ditanya tanggapannya mengenai bocoran rekaman percakapan antara Rini dan Direktur Utama PLN Sofyan Basir.

Baca juga: Beredar Rekaman Menteri Rini dan Dirut PLN soal Bagi-bagi Saham, Ini Tanggapan Kementerian BUMN

Faisal pun memberikan contoh proses pengambilalihan pabrik di Rembang, Jawa Tengah, untuk menggambarkan komentarnya itu. Menurut dia, sebelum ada bocoran rekaman itu pun Rini sudah kerap melakukan kebijakan yang berpotensi merugikan negara.

Pabrik gula tersebut, kata Faisal, kondisinya bobrok dan terjerat kredit macet senilai Rp 1,3 triliun. Oleh Rini, lanjut dia, pabrik itu diminta diambil alih oleh salah satu bank swasta nasional.

"Bank itu tidak mau, dipecat komisaris sama direksinya," ujar Faisal.

Sebelum sampai di situ, tutur Faisal, pimpinan bank tersebut melakukan kajian terlebih dahulu atas kelayakan pabrik yang hendak diambil alih.

Kajian itu lalu digarap oleh satu lembaga penilai independen. Hasilnya, ada empat persyaratan pengambilalihan yang harus dipenuhi agar tak menimbulkan kerugian pada masa mendatang.

Baca juga: Rini Soemarno Jelaskan Maksud Obrolan pada Rekaman Bagi-bagi Saham

Keempat syarat itu ternyata tak dapat dipenuhi sehingga bank tersebut menolak mengambil alih pabrik itu.

"Akhirnya yang disuruh Bulog—Badan Urusan Logistik," kata Faisal.

Padahal, ujar Faisal, usaha Bulog seharusnya adalah stabilisasi harga.

"Jadi kalau harga gula naik, dia beli dari pabrik, dia jual ke rakyat dengan harga yang di bawah harga pasar. Sekarang Bulog punya pabrik gula. Dia mau operasi pasar, diambil gulanya dulu (dari pabrik milik sendiri itu) dong," ungkapnya.

Karena itu, Faisal menilai bocornya rekaman Rini hanya bagian kecil dari persoalan yang pernah dilakukannya.

"Ini soal kecil. Masih abstrak ini. (Pengambilalihan pabrik) ini yang sudah terjadi. (Saya) tidak heran," ungkap dia.

Faisal pun menuturkan dugaan intervensi Rini ke PT Pertamina. Salah satunya dengan memasukkan orang yang kemudian menjadi bak "dua bintang" di perusahaan minyak dan gas itu.

Sebelumnya, rekaman pembicaraan yang diduga adalah antara Rini dan Sofyan beredar di media sosial. Kepolisian mengusut pembocor rekaman, sementara sejumlah kalangan meminta kasus ini diselidiki lebih jauh termasuk kemungkinan ada dugaan korupsi di dalamnya.

Baca juga: ICW Minta KPK Selidiki Rekaman Percakapan Diduga Menteri Rini dan Bos PLN

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan 'Open Side Container'

Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan "Open Side Container"

Whats New
Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Whats New
Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Whats New
Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Whats New
Harga Emas Antam Meroket Rp 27.000 Per Gram Jelang Libur Paskah

Harga Emas Antam Meroket Rp 27.000 Per Gram Jelang Libur Paskah

Whats New
Kapan Seleksi CPNS 2024 Dibuka?

Kapan Seleksi CPNS 2024 Dibuka?

Whats New
Info Pangan 29 Maret 2024, Harga Beras dan Daging Ayam Turun

Info Pangan 29 Maret 2024, Harga Beras dan Daging Ayam Turun

Whats New
Antisipasi Mudik Lebaran 2024, Kemenhub Minta KA Feeder Whoosh Ditambah

Antisipasi Mudik Lebaran 2024, Kemenhub Minta KA Feeder Whoosh Ditambah

Whats New
Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com