Dari data yang dilansir Facebook, kebocoran data tertinggi di Amerika Serikat, sebanyak 70.632.350 akun (81,6 persen), selanjutnya, di Filipina 1.175.860 akun (1,4 persen), Indonesia 1.096.666 akun (1,3 persen), Inggris 1.079 .031 akun (1,2 persen) dan Meksiko 789.880 akun (0,9 persen).
Kebocoran data Facebook juga meluas ke Canada, India, Brasil, Vietnam, dan Australia.
Menanggapi badai teknologi ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melayangkan Surat Peringatan tertulis kedua (SP II) kepada perusahaan Facebook pada 10 April 2018.
Surat peringatan ini merupakan tindak lanjut Surat Peringatan I, yang telah dilayangkan Kominfo pada Facebook pada 5 April 2018 terkait kebocoran data pengguna di Indonesia.
Menurut Kominfo, Facebook telah memberikan keterangan resmi atas tiga surat yang telah dikirimkan Kominfo terkait kebocoran data. Namun, keterangan pihak Facebook masih dianggap kurang memadai.
Menuju citizen 4.0
Pengguna internet di Indonesia adalah terbesar ke-4 di Asia. Dari riset internet World Stats pada 2016, pengakses teknologi internet di negeri ini berjumlah sekitar 78 juta.
Adapun penetrasi atau rasio pengguna internet di Indonesia ditaksir sekitar 30,5 persen. Di kawasan Asia, pengguna internet terbesar yakni Cina (674 juta/49,5 persen populasi), India (375 juta/30 persen), Jepang (115 juta/90,6 persen), dan kemudian Indonesia.
Di bawah Indonesia, negara-negara berkembang mengikuti penetrasi dan pertumbuhan teknologi internet, yaitu Bangladesh (53,9 juta), Vietnam (47,3 juta), Filipina (47,1 juta) , Korea Selatan (45,3 juta), Thailand (38 juta) dan Pakistan (29,1 juta).
Data ini sejalan dengan perkembangan pengguna teknologi internet yang masif di Asia yang mencapai 4 miliar, dengan penetrasi 40,2 persen. Perkembangan signifikan akan menjadi peluang bagi Indonesia jika dikelola secara komprehensif.
Dari risetnya, Hermawan Kartajaya memperkenalkan tren "Citizen 4.0" untuk melihat perubahan komunikasi antar-manusia. Menurut dia, interaksi antar manusia sekarang ini semakin horisontal, inklusif, dan sosial, yang direkatkan oleh teknologi informasi serta media sosial yang menjangkau populasi manusia secara masif.
Baca juga: Fenomena Etika di Media Sosial
Menurut Kartajaya, perlahan-lahan terjadi pergeseran pola komunikasi yang tidak lagi memperhitungkan bangsa, suku, agama, serta latar belakang kultur manusia. Setiap orang berproses menjadi bagian dari "citizen of the world".
Gagasan Hermawan Kartajaya ini merupakan edisi lanjutan dari karya risetnya bersama Philip Kotler, yang dipublikasikan pada 2016, yaitu Marketing 4.0, Moving from Traditional to Digital.
Pada karya tersebut, Philip Kotler dan Hermawan Kartajaya memprediksi bagaimana perubahan-perubahan pola komunikasi dan marketing dalam mencipta peluang bisnis di era digital.
Perubahan platform dan inovasi teknologi digital mempengaruhi interaksi manusia pada masa mendatang, tidak hanya dalam bisnis dan pemasaran tetapi juga dalam interaksi kewarga negaraan (citizenship), yaitu menjadi warga global yang terintegrasi dengan teknologi digital sebagai lanjutan dari dampak inovasi digital.
Tentu saja, badai teknologi digital yang mengguncang Facebook harus diwaspadai sebagai lubang hitam media sosial. Namun, perkembangan teknologi dan inovasi media sosial harus juga kita maknai secara bijak, yaitu menggunakan untuk kebajikan seraya menyebarkan pencerahan.
Kita menunggu generasi muda Indonesia mencipta teknologi-teknologi yang melampaui zaman, memberi solusi atas tantangan ekonomi-pendidikan-sosial warga Indonesia. Generasi millenial di era 4.0 harus mempunyai semangat dan kreativitas untuk terus mencipta peluang, membuka terobosan.
Baca juga: Batasan Wajar Menggunakan Media Sosial Dalam Sehari
Tentu saja, peran pemerintah penting dalam mendukung inovasi generasi muda. Kebijakan, perlindungan hukum, regulasi, sekaligus dukungan teknologi menjadi sangat krusial.
Presiden Joko Widodo pernah menggaungkan wacana Indonesia sebagai Negara Ekonomi Digital terbesar di Asia Tenggara pada 2020. Jika tidak didukung dengan kebijakan komprehensif, pengguna internet dan teknologi media di negeri ini akan terseret pada lubang gelap media sosial.
Kita tidak Indonesia terpeleset ke kubangan lubang gelap media sosial, bukan?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.