JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah masih mencapai Rp 14.000 per dolar Amerika Serikat. Melemahnya nilai tukar rupiah tersebut terjadi sejak kemarin, Senin (7/5/2018).
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla mengatakan, melemahnya nilai rupiah tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Bank Indonesia.
"Kita tahu itu adalah tanggung jawab Bank Indonesia. Bank Indonesia bisa intervensi," kata Kalla di Kantor Wakil Presiden RI, Jakarta, Selasa (8/5/2018).
Karena itu, menurut Kalla, pemerintah akan mendukung apa pun upaya intervensi Bank Indonesia terkait melemahnya nilai tukar rupiah tersebut.
"Sekitar Rp 14.000 itu tugas BI, dan pemerintah sepakat (saja)," kata Kalla.
Baca juga: Dollar AS Tembus Rp 14.000, Ini Kata Sri Mulyani
Menurut Kalla, persoalan melemahnya rupiah tersebut sangat bergantung dengan kondisi ekonomi dunia. Jika ekonomi di Amerika Serikat menguat, artinya rupiah melemah.
Tren melemahnya rupiah sudah berlangsung beberapa waktu terakhir ini. Dinamika nilai tukar ada pada kisaran Rp 13.700 sampai Rp 13.900 dan menyentuh angka Rp 14.000 per Senin kemarin.
Analis yang memperkirakan pelemahan rupiah akan berlanjut selama sepekan ini, bahkan berpotensi sampai akhir Mei 2018.
Faktor-faktor yang turut berkontribusi dalam pelemahan rupiah adalah pembagian dividen emiten pada awal kuartal II 2018 yang menyebabkan tingginya permintaan terhadap dollar AS, penguatan mata uang Amerika Serikat, hingga kenaikan US treasury atau suku bunga obligasi negara di atas 3 persen.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.