Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melonjak 27 Persen, Ekspor Gula Semut Nasional Capai 48.000 Dollar AS

Kompas.com - 09/05/2018, 11:00 WIB
Ridwan Aji Pitoko,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Industri gula semut atau gula merah bubuk dalam negeri terus menggeliat. Dalam empat tahun terakhir, permintaan ekspor gula semut tercatat mencapai 27 persen.

Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menyebutkan bahwa produk gula semut Indonesia semakin diminati pasar internasional dengan nilai ekspor mencapai 48.000 dollar AS pada 2017 dari sebelumnya pada 2014 hanya 34,7 ribu dollar AS.

Ekspor gula semut ini memiliki potensi yang bagus untuk mendorong perekonomian kita. Terlebih lagi, seperti di Purworejo yang memiliki sumber bahan baku cukup banyak berupa pohon kelapa atau pohon aren,” kata Airlangga dalam keterangan tertulisnya, Rabu (9/5/2018).

Kemenperin mencatat bahwa Kabupaten Purworejo merupakan salah satu daerah pelopor untuk penghasil gula semut di Jawa Tengah. Pengelolaannya dilakukan oleh Koperasi Wanita Srikandi dengan perkiraan produksi sebanyak 75 ton per bulan.

“Meski pengolahannya masih banyak dilakukan secara konvensional, namun produk gula semut telah berhasil menembus pasar ekspor ke beberapa negara seperti Amerika, Eropa, Srilanka, Australia dan Jepang,” ungkap Airlangga.

Permintaan ekspor ini tidak terlepas dari usaha para produsen gula semut di dalam negeri untuk semakin meningkatkan produktivitas dan menjaga kualitas produknya.

Gula semut ini juga dibutuhkan banyak di Indonesia, terutama untuk bahan baku pembuatan kecap manis. Jadi, selama masih ada gado-gado atau sate, gula semut pasti terus dibutuhkan,” imbuh Airlangga.

Untuk itu, Kemenperin telah memberikan mesin dan peralatan kepada koperasi pengolah industri gula semut di Purworejo guna meningkatkan daya saing dan produktivitasnya

"Kami memberikan bantuan berupa mesin dan peralatan pengolahan gula semut dan mesin pengemas minyak goreng kelapa kepada Koperasi Wanita Srikandi,” sambung Airlangga.

Tak hanya gula semut, menurut Airlangga, Kabupaten Purworejo juga memiliki komoditas minyak goreng kelapa yang selama ini bahan bakunya dipasok oleh kelompok petani. Potensi lainnya, produksi kayu terutama jenis Sengon sebagai bahan baku industri furnitur dan kerajinan.

Oleh karenanya, Kemenperin juga turut memberikan mesin peralatan furnitur dan pengolahan kayu kepada Kelompok Usaha Pengrajin Kayu Karya Abadi dan EMHA Craft.

“Diharapkan dengan adanya bantuan mesin dan peralatan ini dapat meningkatkan kapasitas produksi dan mutu sehingga memacu ekspor dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Purworejo serta membuka peluang lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar,” pungkas Airlangga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com