Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Grab Larang Mitra Pengemudi Beli Helm dan Jaket di Pedagang, Ini Alasannya

Kompas.com - 11/05/2018, 08:20 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Penjualan atribut ojek daring seperti Gojek, Grab, dan Uber secara bebas menjadi salah satu perhatian perusahaan transportasi online. Grab, misalnya, melarang mitranya membeli atribut seperti helm dan jaket selain yang disediakan perusahaan.

Managing Director Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata mengatakan, ada hak cipta pada atribut ojek online karena dibuat secara khusus, mulai dari warna dan bahan oleh produsen.

"Jaketnya juga punya fitur keselamatan. Ada patch di kiri dan kanan. Itu kalau gelap dan hujan, bisa diliat dari jauh akan menyala," ujar Ridzki di kantornya, Rabu (9/5/2018).

Dengan demikian, keselamatan pengemudi dan penumpang terjamin dalam kondisi gelap sekalipun. Secara kualitas, kata Ridzki, Grab meminta produsen agar bahan jaket harus tahan lama. Ia mengatakan, jika ditemukan jaket atau helm ojek online yang rusak, maka diragukan orisinalitasnya.

"Di jalanan helm dan jaket Grab tahan lama, warnanya masih bagus, jika dibandingkan dengan jaket lain yang gampang lusuh. Karena selain identitas, ini soal keamanan," kata Ridzki.

Sementara untuk helm, Ridzki menjamin semua yang diproduksi oleh vendornya berstandar SNI. Ridzki mengatakan, ada sanksi tegas yang diterapkan pada mitra yang membeli atribut di luar. Sebab, ada kode etik yang dilanggar.

"Risikonya bisa pemutusan hubungan kerja dengan mitra," kata dia.

Grab, kata Ridzki, secara berkala akan melakukan audit secara random terhadap mitra. Termasuk soal atributnya. Selain itu, ia meminta masyarakat juga membantu melaporkan ke perusahaan.

"Penumpang bisa laporkan kalau helm dan jaket tidak sama," kata dia.

Sebelummya diberitakan, di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, terdapat lapak yang menjual atribut mirip helm dan jaket pengemudi ojek online berjejer rapi. 

Atribut itu dijajakan pedagang di bangunan semi-permanen. Harga jualnya sekitar Rp 45.000 untuk helm dan Rp 75.000 untuk jaket.

Salah satu pedagang mengaku memperoleh barang-barang tersebut dari perusahaan ojek online yang melelang barang ketika tidak dipakai lagi oleh para pengemudinya.

Pedangan itu mengatakan, cukup banyak pengemudi ojek online yang membeli helm maupun jaket dagangannya.

Per hari, ia mengaku dapat menghasilkan Rp 500.000-Rp 600.000 dengan menjual helm dan jaket tersebut.

"Enggak tentu sih, kadang ramai, kadang sepi, kadang dapat Rp 500.000, kadang Rp 600.000, kadang kurang," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com