JAKARTA, KOMPAS.com—Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menghijau pada Jumat (11/5/2018). Namun, rupiah masih tertahan di atas Rp 14.000 per dollar AS, meski sedikit menguat dibandingkan penutupan pada Rabu (9/5/2018).
Mengutip data Bloomberg, IHSG berakhir dengan kenaikan 0,83 persen dibandingkan akhir perdagangan Rabu, ke level 5.956,83.
Tujuh dari 10 indeks sektoral menopang penguatan IHSG. Sektor industri dasar menguat paling banyak, yaitu 2,56 persen. Adapun sektor agrikultur masih tergerus paling dalam pada perdagangan Jumat, yaitu sebesar 1,19 persen.
Meski demikian, investor asing masih mencatatkan aksi jual, dengan nilai net sell asing Rp 138,77 miliar dengan nilai total transaksi jual senilai Rp 434 miliar.
Sementara itu, rupiah juga ditutup menguat di pasar spot, Jumat. Nilai tukar rupiah diperdagangkan menguat terutama menjelang penutupan perdagangan.
Patut diduga penguatan rupiah ini merupakan respons pasar atas sinyal kemungkinan Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan.
Baca juga: Rupiah Tak Lagi Sesuai Fundamental, BI Buka Ruang Naikkan Suku Bunga Acuan
Pada Jumat siang, lewat siaran pers, Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo menyebut nilai tukar rupiah saat ini sudah tak sesuai fundamental ekonomi Indonesia.
Karenanya, terbuka ruang lebar bagi Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan BI 7 Day Repo Rate demi menjaga stabilitas kurs.
Selama pekan ini, baru pada Jumat rupiah bisa bertengger di bawah Rp 14.000 per dollar AS.
Adapun Jakarta Interbank Spot Dollar AS (Jisdor) pada Jumat menempatkan kurs rupiah di level Rp 14.048 per dollar AS, menguat 28 poin dibandingkan penutupan Rabu di posisi Rp 14.074 per dollar AS.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.