Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

OJK: Masih Normal, Gejolak Pasar yang Sebabkan Melemahnya Rupiah

Kompas.com - 12/05/2018, 17:31 WIB
Mutia Fauzia,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menilai bahwa gejolak yang terjadi pada pasar hingga menyebabkan melemahnya rupiah ke level Rp 14.000 dalam beberapa hari belakangan adalah hal yang normal.

"Kami melihat kondisi ini masih dalam tatanan kondisi normal sehingga kami tidak perlu mengambil kebijakan yang drastis. Ini masih kami konsederasikan dalam kondisi normal," tutur Wimboh dalam keterangan pers di Direktorat Jenderal Pajak, Jumat (11/4/2018).

Dia menjelaskan, pelemahan kurs tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi juga di negara lain. Mata uang negara berkembang lain, lanjut dia, juga melemah karena tren kenaikan suku bunga acuan AS atau federal funds rate (FFR).

Baca juga: Rupiah Melemah, Masyarakat Diminta Tak Spekulasi Beli Dollar AS

Selain itu, kenaikan suku bunga obligasi negara AS juga berdampak pada seluruh negara, sedangkan kondisi ekonomi domestik dinilai masih cukup fundamental sehingga tidak perlu dikhawatirkan.

Untuk perbankan sendiri, per akhir Maret 2018, kredit perbankan tumbuh 8,54 persen year on year (yoy).

"Kami juga melihat pertumbuhan kredit ini semakin lama dan kita harapkan akan meningkat sampai 12 persen target 2018," tambah Wimboh.

Non performing loan atau kredit bermasalah tercatat turun menjadi 2,75 persen. Selain itu, tren suku bunga secara bertahap juga mengalami penurunan dengan rincian, suku bunga deposito satu bulan menjadi 5,63 persen, deposito tiga bulan 5,90 persen, deposito enam bulan 6,24 persen, sementara deposito 12 bulan 6,15 persen.

"Suku bunga kredit juga menurun, bahkan beberapa korporasi di bawah 9 persen. Selain itu, secara rata-rata kredit modal kerja sekitar 10 persen," tambahnya.

Baca juga: Ketua OJK: Kinerja Lembaga Keuangan Triwulan I 2018 Relatif Positif

Menanggapi adanya kemungkinan bank sentral untuk menaikkan suku bunga acuan, Wimboh menilai hal itu tidak akan serta merta menaikkan suku bunga deposito karena perbankan masih memiliki likuiditas yang cukup.

"Tidak mesti harus serta merta direspons kenaikkan suku bunga deposito, dan kita lihat beberapa hari terakhir tidak ada tanda-tanda suku bunga deposito juga naik,” kata dia.

 

Kompas TV Butuh komitmen yang seragam dengan pemerintah untuk menjaga pergerakan kurs.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com