Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PLTA Batangtoru Diklaim Ramah Lingkungan

Kompas.com - 14/05/2018, 16:51 WIB
Akhdi Martin Pratama,
Palupi Annisa Auliani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com—Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara diklaim ramah lingkungan. Terlebih lagi, pembangkit ini juga membutuhkan alam terjaga.

"Jika hutan rusak akan berpengaruh juga pada ketersediaan pasokan air penggerak turbin (PLTA)," kata Manajer Humas PT North Sumatra Hydro Energi (NSHE) yang merupakan pemilik PLTA Batangtoru, Agus Supriono, Senin (14/5/2018).

Agus pun menyatakan komitmen perusahaannya untuk memastikan kelestarian hutan yang mengitari lokasi PLTA tersebut.

"Kami tidak akan pernah mengorbankan hutan apalagi hutan primer dan kawasan konservasi atau merusak keanekaragaman hayati dalam pembangunan PLTA," ujar dia.

PLTA Batangtoru dibangun di Area Penggunaan Lain (APL) yang secara hukum bukan merupakan kawasan hutan.

Menurut dia, APL Batangtoru merupakan kawasan yang dialokasikan pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan telah mendapatan persetujuan Kementerian Lingkungan Hidup dan kehutanan (KLHK) untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik.

"Kami sangat memahami hutan merupakan bagian penting untuk menjaga suhu bumi agar tidak naik," tegas Agus.

PLTA Batangtoru juga mencanangkan program penanaman bibit pohon dan sosialisasi mengenai pentingnya lingkungan kepada masyarakat, selain mengimplementasikan teknologi ramah lingkungan dalam pembangunan PLTA.

Adapun teknologi ramah lingkungan tersebut dikenal nama Run of River Hydropower. Secara sederhana, prinsip kerjanya adalah memanfaatkan aliran air sungai tanpa perlu membangun bendungan yang menimbulkan daerah genangan luas.

Penggunaan pipa pesat (penstock) menjadi bagian penting untuk mengalirkan energi dalam air dengan memanfaatkan gravitasi dan mempertahankan tekanan air jatuh sebelumnya dialirkan menuju turbin.

"Dengan teknologi yang terus berkembang saat ini dimungkinkan untuk membangun PLTA dengan genangan pada kolam harian berukuran kecil terdiri dari 24 hektar badan sungai yang sudah ada dan 66 hektar tambahan area yang akan menggenangi daerah yang sangat curam dan tidak terdapat pemukiman penduduk," ungkap Agus.

Agus menambahkan, PLTA ini merupakan bagian dari pembangkit listrik masa depan berwawasan lingkungan yang dipersiapkan untuk menggantikan pembangkit listrik berbahan bakar fosil, seperti minyak bumi, gas alam, dan batubara.

"Dunia saat ini tidak bisa terus bergantung pada pemanfaatan pembangkit berbahan baku energi fosil karena menimbulkan banyak kerusakan akibat persediaan bahan baku yang terbatas serta menghasilkan emisi gas karbon yang tinggi," ujar dia.

Pembangunan PLTA Batangtoru dengan kapasitas 4×127,5 mW ini berlokasi di Sungai Batangtoru, Desa Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara.

Target operasi (commercial operation date/COD) PLTA Batangtoru pada 2022 sesuai Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2016. Secara teknis, proyek ini berupa peaker yakni hanya beroperasi saat terjadi beban puncak kebutuhan listrik.Konsumsi spesifik bahan bakar mencapai 0,24 liter per kWh dan tinggi jatuh air 276 meter.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

Spend Smart
Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Whats New
Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Whats New
Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com