Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Budi Waseso dan Ide-idenya untuk Bulog

Kompas.com - 15/05/2018, 11:42 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Benak Komjen (Purn) Budi Waseso langsung dipenuhi pertanyaan, bagaimana ia bisa menyelesaikan tumpukan masalah pangan, khususnya beras, begitu ditunjuk sebagai Direktur Utama Perum Bulog.

Semakin mendalami akar permasalahannya, semakin banyak ide muncul untuk solusinya. Pria yang akrab dipanggil Buwas itu memastikan akan membuat gebrakan agar sektor pangan bisa berjaya, tanpa membuat gaduh. Yang terpenting kata dia, harga stabil dan stok pangan selalu cukup.

"Hari ini ancamannya saya dibenci ibu-ibu kalau gagal urusan beras," ujar Budi di kantor Perum Bulog, Jakarta, Senin (14/5/2018).

Budi ingin citra masyarakat terhadap Bulog berubah. Selama ini beras Bulog dianggap jelek dan di bawah kualitas rata-rata di pasaran. Tanpa perlu gaduh, kata dia, masyarakat bisa merasakan perbedaan Bulog di tangannya.

Baca juga: Buwas: Saya Bakal Dibenci Ibu-ibu kalau Gagal Urusan Beras

"Sehingga masyarakat bisa merasakan kehadiran saya benar-benar bermanfaat. Saya mau itu," kata Buwas.

Berikut rangkuman sejumlah pemikiran Budi Waseso yang akan diterapkan di Bulog dalam waktu dekat:

1. Beras renceng

Budi Waseso mengusulkan penjualan beras dalam bentuk rencengan atau sachet. Inovasi tersebut dilakukan agar masyarakat bawah pun tetap bisa makan nasi dengan harga terjangkau. Harga yang dipatok pun terbilang murah, sekitar Rp 2.000-2.500 dalam kemasan 250 gram.

"Presiden bilang harus ada ketersediaan beras sampai masyarakat paling bawah. Saya mikir, bagaimana caranya sampai ke terbawah, seperti kopi, mie instan," katanya.

Buwas menyatakan, beras rencengan mulai dipasarkan pada bulan puasa. Dengan demikian, kata dia, memasak untuk sahur dan berbuka puasa jadi lebih ringkas. Nantinya beras renceng akan dijual di warung-warung dan toko yang mudah dijangkau.

"Kalau beras ada di mana-mana, kan aman. Seperti kopi, mau ngopi bisa di mana-mana sekarang ada bentuk sachet. Kenapa tidak kehadiran beras di mana-mana?" sebutnya.

Beras renceng diyakini bisa memangkas kesempatan mafia pangan.

Biasanya kata Buwas, mafia bisa memborong puluhan ton beras jika dijual eceran. Terutama beras medium yang ditujukan bagi masyarakat menengah ke bawah. Harga yang dijual pun bisa lebih mahal dan merugikan konsumen.

2. Stok gabah daripada beras

Buwas menganggap lebih baik jika menyimpan gabah sebagai stok panga lebih baik ketimbang dalam bentuk beras. Dia mengatakan, kakeknya yang seorang petani selalu menyetok gabah di lumbung dan baru menggilingnya jika membutuhkan beras. Dengan demikian, beras yang dihasilkan selalu segar.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com