Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
William Henley
Pendiri Indosterling Capital

Pendiri Indosterling Capital

Ekonomi Indonesia Melawan Terorisme

Kompas.com - 18/05/2018, 15:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Editor Latief

KOMPAS.com - Teror demi teror terus menghantam bumi pertiwi yang kita cintai, Indonesia. Sejak insiden Markas Komando Korps Brigade Mobil Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, yang berakhir pada Kamis 10 Mei 2018, aksi teror oleh teroris terafiliasi dengan ISIS masih berlangsung.

Satu demi satu aksi itu dilakukan, mulai pengeboman tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5/2018) pagi, ledakan bom di rumah susun Wonocolo, Sidoarjo, Jawa Timur, pada malam harinya, serta pengemboman Markas Polrestabes Surabaya, Senin (14/5/2018).

Di luar dugaan, aksi teror dalam bentuk serupa terjadi di Mapolda Riau, berupa penyerangan terhadap petugas kepolisian. Ini insiden yang terakhir.

Puluhan orang menjadi korban tewas dan luka-luka akibat rentetan peristiwa tersebut. Presiden Joko Widodo pun memerintahkan agar Polri dibantu TNI bersama-sama memberantas terorisme. Polri kemudian menggencarkan razia untuk mendeteksi keberadaan para teroris.

Dari sisi ekonomi, para pemangku kebijakan, seperti Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio, Menteri Keuangan Sri Mulyani, hingga sejumlah pengamat ekonomi, meyakinkan pasar tidak terganggu. Aparat keamanan yang sigap menyikapi terorisme demi terorisme menjadi alasan di balik optimisme mereka.

Lalu, bagaimana pengaruh terorisme terhadap perekonomian Indonesia ke depan? Langkah-langkah apa yang harus dilakukan para pemangku kepentingan demi menjamin kelangsungan kegiatan ekonomi?

Kekerasan

Terorisme merupakan penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan, terutama tujuan politik. Dalam kurun waktu satu dekade belakangan, ada perubahan dalam aksi teror global, khususnya oleh Islam radikal. Jika sebelumnya Al-Qaeda di bawah pimpinan Osama bin Laden yang menojol, maka sejak beberapa tahun terakhir giliran ISIS yang mencuat.

Apapun organisasinya, terorisme hanya melahirkan kerugian bagi banyak pihak. Masyarakat dan negara jadi korban, mulai kehilangan nyawa hingga gangguan perekonomian.

Ada banyak kajian terkait pengaruh terorisme terhadap perekonomian, terutama di negara berkembang. Penelitian terbaru disampaikan peneliti di Bank Sentral Amerika Serikat Negara Bagian St. Louis AS Subhayu Bandyopadhyay dan guru besar ekonomi di American University of Sharjah Uni Emirates Arab Javed Younas.

Penelitian mereka berawal dari pertanyaan sederhana. Apakah terorisme dapat mengganggu ekonomi negara berkembang dari sisi pertumbuhan ekonomi, kemampuan menarik investasi asing, dan arus perdagangan?

Pada hasil penelitian mereka terhadap 12 negara yang menderita terorisme sepanjang 2001-2012, Bandyopadhyay dan Younas menyimpulkan terorisme dapat menciptakan kerentanan di negara yang menjadi target serangan teroris. Hal itu dapat menyebabkan dampak ekonomi lebih luas.

Kerentanan, tulis kedua peneliti, sangat merusak perdagangan maupun investasi asing langsung atau dikenal dengan sebutan foreign direct investment (FDI). Semua itu karena banyak negara asing memiliki pilihan berinvestasi dan berbisnis di negara-negara yang minim terorisme.

Di Indonesia terorisme tidak selalu berdampak negatif terhadap sejumlah indikator perekonomian. Ambil contoh nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang begitu rentan terhadap sentimen negatif maupun positif investor asing dan dalam negeri.

Setelah peristiwa Bom Bali I dan Bom Bali II, pembukaan perdagangan, IHSG memang dibuka melemah selepas kabar aksi teror mengemuka. Namun, dalam penutupan perdagangan, IHSG ditutup melemah tipis, bahkan menguat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com