Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Perusahaan Bermasalah, Industri Pembiayaan Dinilai Masih Sehat

Kompas.com - 22/05/2018, 07:08 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan terdapat lima perusahaan multifinance atau perusahaan pembiayaan yang mendapatkan Surat Pembatasan Kegiatan Usaha (PKU).

Deputi Komisioner Pengawas IKNB II Moch Ihsanuddin menyampaikan, 5 perusahaan yang mendapatkan surat PKU tersebut adalah PT Asia Multi Dana, PT Kapitalink Finance, PT Pan Pembiayaan Maritim, PT Kembang 88, dan Sun Prima Nusantara Pembiayaan.

"Dari 5 tersebut kita lihat perkembangannya seperti apa, apakah akan berlanjut hilang dicabut izin usahanya, atau dia bisa memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan yang diatur dalam peraturan perusahaan pembiayaan," ujarnya ketika memberi keterangan kepada awak media di Gedung Soemitro Djojohadikusimo, Senin (21/5/2018).

Selain itu Ihsanuddin menambahkan, ada 8 perusahaan yang terkena sanksi dari Surat Peringatan 1 (SP1) karena terlambat melakukan laporan, atau karena tidak ada kejelasan pemegang saham, atau karena tingkat kesehatan atau rasio piutang pembiayaan yang tidak seimbang.

Baca juga: OJK Bekukan Kegiatan Usaha PT Sunprima Nusantara Pembiayaan

"Yang kena sanksi ringan hingga berat ada 8 perusahaan, sementara yang mendapatkan PKU 5," sebut dia.

Masih sehat

Karena jumlah perusahaan yang bermasalah cenderung kecil jika dibandingkan dengan total jumlah perusahaan pembiayaan yang ada, yaitu 191 perusahaan.

Total jumlah perusahaan multifinance yang berada dalam kondisi keuangan baik adalah 88 persen dari seluruh total perusahaan pembayaran. Jumlah ini merupakan hasil dari laporan bulanan perusahaan dan pemeriksanan oleh tim pengawas OJK.

Sehingga, dapat dikatakan industri pembiayaan atau multifinance pada Maret 2018 berada dalam kondisi sehat.

Ini ditunjukkan dengan pertumbuhan aset per akhir Maret yang mencapai Rp 34,4 triliun atau 7,65 persen secara year on year menjadi Rp 483,92 triliun.

Adapun untuk pembiayaan piutang mengalami peningkatan 6,08 persen atau Rp 24,02 triliun dengan nilai outstanding kewajiban dan komitmen mencapai Rp 419,2 triliun.

"Perlu juga kami tambahkan. Tentu ini sebagai bahan. Sumber pendananaanya itu memang mayoritas dari pinjaman. Bisa terdiri dari pinjaman luar negeri dalam negeri juga bisa dengan penerbitan bond atau obligasi atau medium term note (MTN)," ujarnya.

Pertumbuhan pembiayaan ini pada Maret 2018 mengalami pertumbuhan hingga 8,40 persen yoy. Jika dirinci, untuk pinjaman dalam negeri sejumlah Rp 179.8 triliun atau 52.5 persen dari total sumber pembiayaan. Sementara pembiayaan luar negeri berjumlah Rp 91.5 triliun atau 27 persen dari total sumber pembiayaan.

" Untuk peneribitan surat berharga baik obligasi atau MTN sejumlah Rp 71.7 triliun atau 20,9 persen dari total pinjaman mereka," tambah dia.

Adapun laba juga mengalami peningkatan. Untuk tiga bulan pertama tahun 2018 ini, industri pembiayaan sudah membukukan laba hingga Rp 3,74 triliun atau tumbuh 2,56 persen. Kemudian dengan pertumbuhan laba juga meningkatakan return on asset (ROA) 4,36 persen dan return on equity (ROE) sebesar 13,2 persen.

Selain itu, untuk NPF (non performing fund/kredit bermasalah) untuk net 1,17 persen, sementara secara gross 3,25 persen.

"Memang ini terjadi peningkatan tapi hanya komanya saja secara year on year per Maret 2017 gross nya 3.16 persen. Jadi naiknya tidak terlalu banyak dan ini dialami seluruh industri yang menyalurkan pembiayaan," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com