Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membangun Kemandirian Perempuan dalam Perekonomian

Kompas.com - 23/05/2018, 12:12 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perempuan dinilai menjadi pelaku ekonomi yang cukup potensial untuk merintis bisnis usaha mikro. Mayoritas perempuan yang bekerja lebih tertarik menanggalkan status karyawan dan beralih ke wirausaha.

Pada 2015, ada kenaikan persentase perempuan yang berwirausaha dari 35 persen menjadi 38 persen. Angka pegawai perempuan cenderung turun dari 35 persen menjadi 34 persen.

Usaha-usaha mikro pun mulai tumbuh. Sebanyak 42 persen pengusaha di sektor mikro yang menjalankan adalah perempuan.

Namun, keterlibatan perempuan di sektor ekonomi masih kurang ketimbang laki-laki. Terdapat rentang yang luas jika melihat gender dalam kontribusi perekonomian.

Berdasarkan data World Economic Forum soal Global Gender Gap, pada 2017, Indonesia menempati peringkat 109 dari 144 negara soal keterlibatan perempuan dalam partisipasi ekonomi dan kesempatan berusaha.

"Perempuan masih termarjinalkan dalam ekonomi. Ada ketimpangan gender," ujar peneliti INDEF Bhima Yudhistira, Selasa (22/5/2018).

Sementara itu, CEO dan Founder Amartha, Andi Taufan Garuda Putra mengatakan, perusahaannya mendorong perempuan memiliki usaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup.

"Nilai uang yang diberikan tidak hanya meningkatkan nilai ekonomi, tapi keluarga juga terdampak dari segi kesehatan, sanitasi, dan pendidikan," ujar Taufan di Convlabe Wijaya, Jakarta, Selasa (22/5/2018).

Sistemnya peminjamannya cukup unik. Amartha meminta peminjamnya untuk membuat kelompok berisi 10-20 anggota dari lingkungan terdekat mereka. Bisa tetangga atau saudara, asalkan perempuan. Hal ini memudahkan untuk pembayaran angsuran ke Amartha perminggunya.

"Karena sistem pembiayaan dalam bentuk kelompok, jadi saat ada satu orang yang ada kesulitan bayar angsuran, kelompoknya saling melindungi, urunan menyelesaikan masalahnya," kata Taufan.

Model tersebut cocok dengan segmen ibu-ibu yang tumbuh bersama dalam lingkungan tetangga. Jadi, mereka bisa lebih selektif memilih anggota untuk diajak bergabunh dalam kelompok peminjam ke Amartha.

"Mereka bisa screening yang layak dapat pembiayaan dari Amartha," kata Taufan.

Saat ini Amartha telah memberdayakan hampir 105.000 usaha mikro perempuan pedesaan dengan total dana Rp 402 miliar. Amartha menyasar perempuan sebagai peminjam agar bisa memberi manfaat secara langsung bagi keluarganya.

Meski sang ayah bekerja, para ibu tetap bisa menghasilkan uang meski sehati-hari hanya di rumah. Selain itu, perempuan termasuk segmen yang termajinalkan. Rentang kesetaraan antara perempuan dan laki-laki di sektor ekonomi masih terlampau jauh.

"Kita mau bekerja jauh di situ supaya mendorong pemberdayaan perempuannya lebih baik lagi. Istri ikut andil menghidupi keluarga dan saling support," kata Taufan.

Amartha memiliki tim yang terjun langsung ke lapangan untuk menagih langsung angsuran sekaligus memberi pendampingan serta monitoring usaha para peminjamnya apakah berjalan baik. Pertemuan dilakukan rutin seminggu sekali.

"Di situ biasanya pertemuan rutin mengecek perkembangan usaha, masalahnya apa, untuk diantisipasi risikonya seawal mungkin," kata Taufan.

Plafon pinjaman mulai dari angka Rp 2-3 juta untuk jangka waktu setahun. Jika pengembalian pinjaman dianggap bersih dan tidak ada tunggakan, maka platform bisa dinaikkan. Uniknya, ada semacam ikrar yang dibacakan oleh peminjam secara serentak saat bertemu dengan parter bisnis Amartha. Taufan mengatakan, ikrar tersebut sebagai pengingat komitmen mereka dalam meminjam dana dari Amartha.

"Tujuannya kita bisa tumbuh bersama mereka kalau pembiayaan ini difokuskan pada kesejahteraan keluarga. Jadi ikrar itu untuk mengingatkan misi mereka untuk hal yang positif," kata Taufan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com