Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bambang P Jatmiko
Editor

Penikmat isu-isu ekonomi

Terorisme, Pasar, dan Antisipasi atas "Inflasi Spiritualitas"

Kompas.com - 25/05/2018, 07:43 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

Gejala-gejala umum terkait kehausan spiritual masyarakat setidaknya bisa dilihat di berbagai ranah: pendidikan, pengobatan dan kebugaran, fesyen, hiburan dan tayangan televisi, kompleks perumahan, hingga perabot rumah tangga dengan label tertentu.

Di ranah pendidikan misalnya, setidaknya hal ini terlihat dari bermunculannya sekolah-sekolah swasta yang mengusung brand agama.

Sekolah ini menawarkan pola pendidikan yang mengedepankan karakter nilai agama. Biaya untuk masuk ke sekolah-sekolah ini kerap kali lebih mahal ketimbang sekolah negeri atau sekolah swasta umum. Meski mahal, sekolah-sekolah tersebut justru kebanjiran murid.

Di ranah kesehatan dan kebugaran, belakangan ini juga banyak bermunculan pengobatan alternatif dan herbal.

Selain itu, banyak juga kegiatan fisik yang ditawarkan dengan mem-branding-nya sebagai olahraga yang berkorelasi dengan ajaran agama. Kebugaran juga memadukan antara olah tubuh dengan kedamaian batin. Peminatnya? Bejibun.

Demikian halnya dengan kompleks perumahan eksklusif. Banyak pengembang yang menawarkan hunian eksklusif dengan mengedepankan kesamaan nilai dan paham di antara para penghuninya.

Pengembang-pengembang tersebut mencoba menawarkan konsep dan nilai-nilai agama pada properti yang dibangunnya.

Dengan demikian, diharapkan, properti yang dijual sesuai dengan keinginan konsumen yang mencari ketenteraman karena bertetangga dengan warga yang punya pandangan nilai sama.

Pembeliannya pun tidak lagi melibatkan bank yang notabene menjalankan praktik bunga berbunga (riba) dalam pinjamannya.

Tak kalah dengan hunian pada umumnya, kompleks perumahan eksklusif ini pangsa pasarnya mulai merangsek ke atas.

Yang terakhir, yang belakangan juga muncul di masyarakat adalah hadirnya perabot-perabot rumah tangga dengan label tertentu. Dengan label itu konsumen diharapkan tidak memiliki keraguan atas makanan yang disimpan pada perabot yang telah berlabel dan tersertifikasi itu.

Meski dibandrol lebih mahal, permintaan atas barang dan jasa dengan brand-brand itu bisa dikatakan konstan.

Menjamurnya produk-produk dengan brand serta label spiritual tersebut tidaklah hadir dengan sendirinya. Hal itu merupakan jawaban atas tingginya demand masyarakat terhadap nilai-nilai spiritual.

Mengantisipasi "Inflasi Spiritualitas"

Bagaimanapun, kekangenan masyarakat atas nilai-nilai spiritual merupakan sesuatu yang tak terhindarkan ketika modernitas hanya menghasilkan stres, frustrasi, depresi, kesepian, hingga kehampaan hidup.

Fenomena ini tak hanya terjadi di Indonesia namun juga di negara-negara lain. Bahkan di sejumlah negara maju, tren ini juga tak kalah kencangnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com