Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Melemah, Siap-siap Harga Makanan dan Minuman Naik

Kompas.com - 25/05/2018, 19:47 WIB
Erlangga Djumena

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) terus melemah. Sejumlah sektor industri ikut terpukul pelemahan tersebut, salah satunya adalah industri makanan dan minuman.

Maklum, bahan baku industri sektor ini masih mengandalkan impor. Tak ayal, ketika dollar AS menguat menyebabkan biaya produksi membengkak. Sedangkan harga jual produk menggunakan rupiah, karena lebih banyak menyasar pasar domestik.

Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman mengungkapkan, anggotanya akan mengevaluasi situasi fluktuasi nilai tukar rupiah usai Lebaran.

Menurut dia, hingga saat ini stok bahan baku yang kebanyakan masih impor sudah disiapkan dari bulan Maret lalu.

Baca juga: Darmin: Jangan Kurs Dollar AS Bergerak kemudian Disimpulkan Sudah Krisis

"Tapi bila situasi ini terus berlanjut hingga tutup kuartal dua, maka bisa jadi di kuartal tiga kami akan menaikkan harga," katanya, Rabu (23/5/2018).

Berdasarkan catatan Gappmi, hingga saat ini industri makanan dan minuman memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap bahan baku impor. Seperti bahan baku terigu, gula, susu, garam, dan produk perasa buah.

"Bila situasi ini terus berlanjut bisa menyebabkan kenaikan harga antara 3 persen sampai 7 persen," sebutnya.

Efek penurunan nilai tukar rupiah berikutnya adalah terjadi penurunan omzet di sektor industri ini. Alhasil, Gapmmi sangat berharap pada pertumbuhan ekonomi tetap baik, sehingga tidak menggerus omzet.

Adhi bilang, anggota Gapmmi tidak panik walaupun nilai tukar rupiah terus melemah. Ia menilai, langkah Bank Indonesia (BI) diharapkan bisa meredam fluktuasi tersebut.

"Nilai tukar terhadap dollar AS melemah ini terjadi menyeluruh di semua negara, sehingga biasanya tidak akan berlangsung lama," ungkap Adhi.

Baca juga: Dollar AS Sentuh Rp 14.209, Rupiah Terendah Sejak Oktober 2015

Meski belum ada data riil soal kenaikan permintaan makanan dan minuman Gapmmi mengklaim, beberapa anggotanya sudah mengalami pertumbuhan penjualan ketimbang tahun lalu. Menjelang Lebaran ini diperkirakan permintaan akan tumbuh sebesar 20 persen, terutama untuk produk seperti biskuit dan sirup.

Sedangkan investasi dalam negeri di sektor makanan dan minuman menurut dia masih ada kenaikan. Sementara untuk untuk Penanaman Modal Asing (PMA) masih melambat. "Untuk investasi kami melihat perlu ada kepastian regulasi yang jelas dari pemerintah," ucap Adhi.

Realisasi investasi

Berdasarkan data yBadan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi sektor industri manufaktur sepanjang kuartal I-2018 mencapai Rp 62,7 triliun.

Realisasi tersebut terdiri dari penanaman modal dalam negeri senilai Rp 21,4 triliun dan penanaman modal asing sebesar 3,1 miliar dollar AS. Sektor industri logam, mesin, dan elektronik menjadi penyumbang terbesar dengan nilai investasi mencapai Rp 22,7 triliun.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com