Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Naikkan Suku Bunga, Pelaku Pasar Tunggu Kinerja Ekonomi Indonesia Kuartal II

Kompas.com - 30/05/2018, 20:35 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Palupi Annisa Auliani

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com
—Keputusan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) tambahan Bank Indonesia hari ini yang menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Repo Rate 25 basis poin jadi 4,75 persen disebut telah diprediksi oleh pelaku pasar. Dengan begitu, dampak penguatan nilai tukar rupiah dari BI 7-Day Repo Rate tersebut diperkirakan kecil.

"Jadi, meskipun BI naikkan suku bunga acuan lagi di RDG tambahan, pelaku pasar tidak terlalu surprise. Hal yang jadi perhatian utama adalah melihat sinyal berapa kali BI akan naikkan suku bunga acuan sampai akhir tahun," kata ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara kepada Kompas.com, Rabu (30/5/2018).

Menurut Bhima, pelaku pasar sedang menunggu dan memerhatikan apakah tujuan BI menaikkan suku bunga sebagai langkah antisipasi terhadap kebijakan moneter di Amerika Serikat akan berhasil. Selain itu, pelaku pasar juga dinilai tengah menunggu langkah lain dari BI dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah.
Baca juga: Menyimak Strategi Pemerintah Hadapi Tantangan Ekonomi Global

Secara umum, Bhima memandang pelaku pasar menampakkan respons positif setelah BI menaikkan suku bunga acuan. Meski demikian, para pelaku pasar juga sedang mencermati kondisi fundamental ekonomi, terutama efek pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) ke konsumsi rumah tangga pada kuartal II 2018.

"BI sudah responsif, tinggal pemerintah lewat kebijakan-kebijakannya menstimulus sektor riil sehingga konsumsi rumah tangga, neraca perdagangan, dan defisit transaksi berjalan membaik di kuartal II," tutur Bhima.

Usai suku bunga acuan dinaikkan, rupiah ditutup menguat Rp 13.993 per dollar AS di pasar spot. Merujuk data Bloomberg per pukul 17.00 WIB tadi sore, rupiah menguat 2 poin atau 0,02 persen di mana level saat penutupan perdagangan tersebut masih lebih kuat dibanding hari-hari sebelumnya yang menempatkan rupiah pada level Rp 14.000.

Baca juga: Rupiah Menguat Jadi Rp 13.993 per Dollar AS Usai BI Naikkan Suku Bunga

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com