Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri Susi Ajak 83 Pengusaha Jepang untuk Investasi di Indonesia

Kompas.com - 02/06/2018, 16:15 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengajak 83 pengusaha Jepang sektor kelautan dan perikanan untuk berinvestasi pada pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) di enam titik pulau terluar Indonesia.

Adapun enam pulau tersebut yaitu Sabang, Aceh; Natuna, Kepulauan Riau; Morotai, Maluku Utara; Biak Numfor, Papua; Moa dan Saumlaki, Maluku.

Susi mengakui, sektor penangkapan ikan saat ini memang telah ditetapkan sebagai negative list investasi asing. Namun menurutnya, sektor pengolahan dan logistik masih terbuka sepenuhnya bagi negara asing.

Oleh karena itu, ia mengundang Jepang untuk mengambil kesempatan berinvestasi dalam revitalisasi sektor perikanan ini.

“Indonesia memiliki panjang garis pantai 90.000 km. Setiap 30 km diperlukan mesin es (flake ice machine), maka butuh 3.000 mesin kecil dengan 1,5 ton es seharga 20 ribu dollar AS. Sehingga dibutuhkan 60 juta dollar AS. Ini bisnis bagus,” papar Menteri Susi dketerangan resminya, Sabtu (2/6/2018).

Untuk menarik calon investor Jepang tersebut, Menteri Susi memaparkan kondisi terkini kelautan dan perikanan Indonesia serta rencana jangka panjang pemerintah Indonesia dalam pengelolaannya. Selain itu, Menteri Susi juga memamerkan perolehan ikan Indonesia yang terus meningkat.

“Kini, nelayan semakin mudah menangkap ikan. Bahkan, di Pulau Natuna, nelayan sangat mudah memperoleh ikan tuna seberat 70-90 kg hanya dengan melaut sekitar 5 mil dari bibir pantai. Kesejahteraan nelayan pun meningkat. Neraca perdagangan ikan juga surplus. Bahkan saat ini Indonesia nomor satu di ASEAN, menggeser Thailand,” ujarnya.

Menurutnya, pembangunan SKPT di enam pulau terluar Indonesia merupakan salah satu langkah yang ditempuh pemerintah Indonesia untuk memperkuat industri kelautan dan perikanan.

“Pengembangan industri kelautan dan perikanan di 6 pulau terluar ini sebagai upaya melakukan food security dan juga defense security,” tambahnya.

Senada dengan hal tersebut, Dirjen Pengelolaan Ruang Laut Brahmantya Satyamurti Poerwadi mengatakan, Indonesia membutuhkan investasi fasilitas cold storage, industri pengolahan, hingga pembangunan pelabuhan yang saat ini tengah dalam penjajakan kedua negara.

"Lokasi akan dikelola koperasi dan didampingi BUMN perikanan, Perindo, dan Perinus,” ujar Brahmantya.

Ia pun memaparkan potensi di masing-masing lokasi SKPT tersebut, seperti Sabang, Morotai, dan Saumlaki yang kaya dengan komoditas tuna, cakalang, dan tongkol sementara untuk natuna dengan komoditas utama ikan pelagis kecil, tuna, cakalang, dan tongkol.

Adapun Moa dengan komoditas utama ikan Pelagis Besar, Pelagis Kecil, dan Demersal serta Biak Numfor dengan komoditas andalan ikan Pelagis Kecil, Pelagis Besar, Demersal, Udang, Lobster, dan Cumi-cumi.

Menteri Susi berharap, dengan revitalisasi melalui investasi, industri perikanan Indonesia dapat bergerak maju.

“Kita harapkan ekspor bisa naik, terutama untuk memastikan industri perikanan ini bergerak di Indonesia Timur, jadi jangan hanya di Jawa saja. Mereka kan beberapa tadi sudah dari Banda Aceh, dari Morotai, sudah pada ekspor juga. Nah, kita akan membantu mereka meningkatkan tambahan investasi di sana supaya makin besar,” terangnya.

Selain itu, untuk menarik investor, Indonesia juga akan memberi kemudahan perizinan, keringanan pajak, serta asistensi penuh terhadap pengusaha yang berminat berinvestasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com