Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rosianna Silalahi
KompasTV

News Director of KompasTV

Diplomasi Susi “Golgo 13” Pudjiastuti

Kompas.com - 04/06/2018, 04:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Susi sudah memiliki itu di mata pengusaha Jepang.

Masyarakat Jepang yang dikenal kaku dan disiplin, terlihat berbeda saat berhadapan one on one bersama Susi. Cair, penuh canda dan hangat.

Bahkan style Susi yang disebut oleh Dubes Arifin selalu bersuara keras itu tidak mengubah gayanya saat bertemu mereka satu persatu. "Diplomasi Golgo 13,” begitu kata mereka berkelakar.

Tapi tentu pekerjaan rumah terbentang lebar. Membangun maritim tidak lepas dari pembangunan daratan di sekitarnya. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu haruslah dibangun dengan fasilitas penunjang yang juga memiliki nilai ekonomi.

Di tengah rehat usai pertemuan dengan para pengusaha, Susi mendengar kabar soal BPK yang memberi penilaian “disclaimer” atas temuan di Kementrian Kelautan dan Perikanan.

Baca juga: KKP Dapat Disclaimer dari BPK dan Keheranan Menteri Susi

“Saya tidak habis pikir. Saya sudah menerangkan berkali-kali bahkan bertanya di mana salah kami. All we try,” kata Susi dengan nada suara menahan sesuatu.

Penilaian BPK ini berbeda dengan Laporan Kinerja Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) yang diadakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Kementrian KKP selama 5 tahun berturut-turut mendapat nilai A sejak 2013 sampai dengan 2017.

LAKIP merupakan penilaian atas kinerja yang dicapai instansi pemerintah atas pelaksanaan program yang dibiayai APBN/APBD. Ini menyangkut perencanaan, pelaksanaan dan akuntabilitas penggunaan anggaran.

“Mengapa? Apa yang KKP capai tidak dianggap?” tanya Susi.

Lamat-lamat dari ruangan tempat Susi menumpahkan kekecewaannya, terdengar lagu Fukai Mori yang dinyanyikan kelompok musik Do as Infinity. Lagu Jepang yang juga sempat terkenal di Indonesia.

Boku-tachi wa ikiru hodo ni
Nakushiteku sukoshi zutsu
Itsuwari ya uso o matoi
Tachisukumu koe mo naku

(Selama hidup kita masih berjalan
 Kita bisa kehilangan sesuatu lebih banyak lagi
 Karena ada kepalsuan dan kebohongan
 Kitapun hanya mampu diam membeku tanpa mampu berteriak)

Lagu itu tentu bukan untuk Susi karena dia tentu tidak akan diam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com