"Hal ini bukan kesimpulan dari pembicaraan keduanya, ..., pemberlakuan tarif impor senilai 50 miliar dollar AS merupakan bahan penawran dalam proses negosiasi ini," tambah dia.
Dalam perundingan sebelumnya, China telah setuju untuk menambah pembelian komoditas pertanian AS, yang oleh Trump dituangkan dalam Twitter sebagai "salah satu hal tebaik yang terjadi kepada petani (AS) dalam beberapa tahun."
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin pun mengatakan kepada dalam pertemuan pemimpin-pemimpin negara G7 di Kanada pada Sabtu (2/5/2018) bahwa negosiasi dagang tidak hanya untuk menyesuaikan deifisit neraca dagang di antara kedua negara yang mencapai 375 miliar dollar AS saja, tetapi juga sebagai perubahan struktur perdagangan di antara kedua negara.
Analis hubungan China dan AS di Universitas Fudan Wei Zongyu mengatakan China tidak ingin terlibat dalam perang dagang, namun pihak China juga tidak ingin menjadi satu-satunya pembuat keputusan.
"Baik China ataupun AS dapat mencapai kesepakatan ekonomi dan perdagangan, tergantung kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Trump," ujarnya.
"Jika Trump kukuh untuk memberlakukan tarif impor terhadap produk teknologi China, maka China tidak akan menambah kuota impor produk pertanian dan energi AS," tambah dia.
Beijing pun berulang kali telah mengatakan akan membenahi pasar domestik, iklim investasi dan hak properti intelektual mereka, untuk mendorong pembangunan nasional, bahkan sebelum China berada di bawah tekanan Amerika. Meskipun pernyataan ini kerap menimbulkan anggapan skeptis dari para analis.
Gong pun menambahkan, meskipun pembicaraan di Beijing menghindarkan keduanya dari potensi perang dagang yang lebih besar, namun ketegangan di antara keduanya masih akan berlanjut.
"Kedamaian tidak akan berlanjut lama," ujar dia.
"Sebagaimana kita lihat dengan memberlakukan tarif untuk impor baja, termasuk dengan negara sekutus AS lain, hanyalah alat untuk mencapai tujuan, yaitu menegosiasikan kembali hasil persetujuan dagang yang sudah ada," sebut dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.