Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS EKONOMI

Indonesia Sodorkan Solusi Persoalan Malnutrisi di Asia dan Pasifik

Kompas.com - 06/06/2018, 21:19 WIB
Kurniasih Budi

Penulis

KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia menyatakan sumber daya pangan lokal merupakan solusi untuk mengatasi tiga masalah gizi buruk.

Solusi itu disampaikan Badan Ketahanan Pangan di saat Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) tengah melakukan kajian untuk mencari solusi atas tiga persoalan malnutrisi yang terjadi di Asia dan Pasifik.

Tiga masalah itu adalah kejadian rendah nutrisi, kekurangan nutrisi mikro, serta kelebihan berat badan dan kegemukan.
 
“Ini merupakan bagian dari dukungan pemerintah terhadap FAO untuk meningkatkan peranan sumber bahan pangan yang sehat dan berkualitas, namun tetap terjangkau oleh masyarakat luas,” kata Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi, dalam forum Sidang Dewan FAO ke-159 di Roma Italia, Senin (4/6/2018).

(Baca: 19, 4 Juta Orang Indonesia Tidak Dapat Memenuhi Kebutuhan Pangan)

Pemerintah Indonesia juga mengusulkan kerja sama penelitian dan pengembangan  bahan pangan lokal mulai dari industri hulu sampai dengan industri hilir ditingkatkan.

Selain itu, Indonesia menggarisbawahi pentingnya peran petani skala kecil, termasuk nelayan, dalam pengentasan kemiskinan.

"Mengingat kemiskinan terkonsentrasi di wilayah pedesaan,” katanya.

Pemerintah Indonesia berkeyakinan bahwa perhatian yang cukup untuk petani skala kecil dari masyarakat internasional dapat menghilangkan segala bentuk kemiskinan, sebagaimana tertuang dalam kesepakatan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030.

(Baca: Pangan, Salah Satu Tantangan Pembangunan Berkelanjutan)

Upaya peningkatan pendapatan di wilayah pedesaan juga mendapat perhatian dari anggota Dewan FAO, termasuk Indonesia.

Salah satu upaya yang sedang dilakukan FAO adalah mempromosikan Globally Important Agriculture Heritage System (GIAHS) sebagai lokasi wisata pertanian yang berwawasan lingkungan.

Indonesia dan negara-negara lainnya memandang program GIAHS FAO merupakan salah satu solusi berkelanjutan dalam mengembangkan wilayah pedesaan, baik dari segi perolehan pendapatan mau pun konservasi lingkungan dari kegiatan pertanian.

"Hal ini ibarat pepatah, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui,” ujar Agung.

Keterwakilan semua negara

Selain itu, pengelolaan internal organisasi FAO yang lebih berkeadilan juga mendapat sorotan anggota Dewan FAO.

Negara-negara anggota Dewan FAO mengusulkan perlunya keseimbangan keterwakilan negara anggota sebagai bagian dari perjuangan negara-negara berkembang dalam meningkatkan keterwakilannya dalam struktur organisasi FAO.

Selama ini, struktur organisasi masih didominasi oleh sumber daya manusia dari negara maju, khususnya dari Eropa.

Peningkatan keseimbangan keterwakilan tersebut merupakan salah satu mandat FAO untuk meningkatkan kapasitas negara anggotanya.

Untuk diketahui, forum Sidang Dewa Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia berlangsung 4 hingga 8 Juni 2018 di Roma.

Delegasi Republik Indonesia dipimpin Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi dengan anggota dari Kementerian Luar Negeri, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan Kementerian Pertanian.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com