Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

APTRI Laporkan Beratnya Kondisi yang Dihadapi Petani Tebu ke Presiden

Kompas.com - 07/06/2018, 19:10 WIB
Kontributor Jember, Ahmad Winarno,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JEMBER, KOMPAS.com - Perwakilan petani tebu rakyat yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), mendatangi Istana Negara untuk melapor kepada Presiden Joko Widodo atas kondisi yang mereka hadapi.

“Kami sengaja datang ke Istana Negara untuk lapor langsung kepada Bapak Presiden, agar beliau tahu seperti apa kondisi para petani tebu di lapangan,” ungkap Ketua Dewan Penasehat DPP APTRI, Arum Sabil, kepada Kompas.com, Kamis (7/6/2018).

Ada sembilan poin aspirasi para petani yang disampaikan kepada presiden, melalui Kepala Staf Presiden RI Moeldoko.

“Pertama, kebijakan harga pangan murah agar di terapkan yang berkeadilan, dengan tetap menjaga dan melindungi petani dengan jaminan kepastian dan memiliki nilai ekonomi yang memberdayakan,” ungkap Arum.

Kemudian, petani tebu meminta agar Harga Eceran Tertinggi (HET) gula sebesar Rp 12.500 ditinjau ulang.

“Secara psikologis dan logika pasar akan menekan harga jual gula petani, karena biaya produksi gula petani saat ini sudah mencapai Rp 9.700 per kg- 10.500 per kg. Saya pernah bilang, bahwa petani tebu saat ini berada di jurang kematian,” tambahnya.

Selanjutnya, penetapan HET Gula hendaknya harus berkeadilan dan wajar, untuk menjaga kepentingan petani dan konsumen.

“Ya idealnya adalah Rp15.000 perkilogram, karena kebutuhan perkapita gula Masyarakat Indonesia, baik untuk konsumsi rumah tangga dan industri makanan dan minuman, total sekitar 18 kilogram sampai 20 kilogram pertahun,” terangnya.

Para petani juga meminta, agar pada musim panen tebu Tahun 2018 ini, gula petani agar dibeli oleh pemerintah.

“Tentu harganya sesuai usulan Menteri Pertanian, berdasarkan hasil perhitungan team independen yang di tunjuk oleh pemerintah sebesar Rp 10.500 per kilogramnya,” kata Arum.

Arum juga meminta, agar pembelian gula petani yang melalui Bulog harus di bebaskan dari pungutan PPH.

“Kami juga meminta agar monopoli istilah penjualan gula curah yang hanya bisa dilakukan oleh Bulog agar di cabut. SNI Gula juga harus dicabut karena penerapanya hanya berdasarkan kualitas warna, bukan berdasarkan tingkat higienitas dan kelayakan dari sisi kesehatan di konsumsi manusia,” tambahnya.

Yang tidak kalah penting, lanjut Arum, petani tebu berharap kepada KPK dan satgas pangan, agar bersinergi dalam memberantas dan membongkar sindikat mafia gula impor, dengan modus investasi industri gula di dalam negeri.

“Alhamdulillah, aspirasi kami oleh Pak Moeldoko akan disampaikan langsung kepada Presiden Joko Widodo. Bahkan saat itu, beliau juga menegaskan bahwa Presiden akan selalu memberikan perhatian, dan perlindungan kepada petani dan Pertanian Indonesia,” tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terapkan Ekonomi Sirkular, Aqua Gandeng Ikatan Pemulung

Terapkan Ekonomi Sirkular, Aqua Gandeng Ikatan Pemulung

Whats New
Inflasi Medis Kerek Pembayaran Klaim AXA Financial Indonesia

Inflasi Medis Kerek Pembayaran Klaim AXA Financial Indonesia

Whats New
Wirausaha Muda Butuh Tingkatkan Kompetensi, Program Bimbingan Jadi Solusi

Wirausaha Muda Butuh Tingkatkan Kompetensi, Program Bimbingan Jadi Solusi

Whats New
Terbang ke Jepang, Menhub Bahas MRT Jakarta hingga Pelabuhan Patimban

Terbang ke Jepang, Menhub Bahas MRT Jakarta hingga Pelabuhan Patimban

Whats New
Forum APEC SMEWG, Menteri Teten Ajak Tingkatkan Kolaborasi terkait UKM

Forum APEC SMEWG, Menteri Teten Ajak Tingkatkan Kolaborasi terkait UKM

Whats New
Ekonom Sebut Program Gas Murah Berisiko Bikin Defisit APBN

Ekonom Sebut Program Gas Murah Berisiko Bikin Defisit APBN

Whats New
Hartadinata Abadi Bakal Tebar Dividen Rp 15 Per Saham

Hartadinata Abadi Bakal Tebar Dividen Rp 15 Per Saham

Whats New
Penjelasan DHL soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Penjelasan DHL soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Stok Lampu Bisa Langka gara-gara Implementasi Permendag 36/2023

Stok Lampu Bisa Langka gara-gara Implementasi Permendag 36/2023

Whats New
IHSG Ditutup Naik 63 Poin, Rupiah Menguat di Bawah Level 16.200

IHSG Ditutup Naik 63 Poin, Rupiah Menguat di Bawah Level 16.200

Whats New
Jam Operasional Pegadaian Senin-Kamis, Jumat, dan Sabtu Terbaru

Jam Operasional Pegadaian Senin-Kamis, Jumat, dan Sabtu Terbaru

Whats New
Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Whats New
Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Whats New
Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Whats New
Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com