Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Murniati Mukhlisin
Praktisi Ekonomi Syariah

Pakar Ekonomi dan Bisnis Digital Syariah/Pendiri Sakinah Finance dan Sobat Syariah/Dosen Institut Tazkia

Ekonomi Keluarga di Tahun Politik

Kompas.com - 12/06/2018, 11:57 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tahun ini dinobatkan menjadi tahun politik dikarenakan beberapa Pilkada serentak dan persiapan Pemilihan Legislatif (Pileg) dan persiapan Pemilihan Presiden (Pilpres) akan berlangsung.

Di satu sisi, pada akhir tahun lalu Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, kehadiran tahun politik di 2018 bisa menjadi potensi pendorong pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, ada prediksi bahwa akan terulangnya krisis ekonomi 10-tahunan.

Seperti pada krisis 1998 yang mengobrak-abrik ekonomi negara-negara Asia Tenggara atau 2008 yang lalu yang meluluhlantakkan Yunani dan berdampak hampir di seluruh daratan Eropa?

Investasi Jelang Pemilu 2019

Wait and See” mewarnai pasar, para investor sepertinya melihat situasi dengan sangat jeli sebelum memutuskan investasi jangka panjang di tanah air. Menurut berita yang disinyalir dari kontan.co.id, tren investasi jenis obligasi dengan tenor 10 tahun turun menjelang Pemilu kali ini.

Penawaran Sukuk Retail SR-010 dengan tenor 3 tahun berakhir pada tanggal 16 Maret 2018 yang lalu ditutup dengan capaian Rp 8,4 triliun, jauh turun dari tahun kemarin yaitu Rp 14 triliun.

Mungkin satu indikasi namun menurut analisa kami, hal itu dikarenakan target yang sengaja diturunkan untuk menjaga keseimbangan dengan tabungan dan deposito di perbankan.

Dibandingkan dengan tabungan dan deposito, jelas sukuk negara lebih menarik.

Bisnis lesu?

Dari beberapa analisa ekonomi disebutkan bahwa ada beberapa ciri – ciri melesunya ekonomi saat ini yaitu:

Pertama, melemahnya nilai rupiah terhadap dolar dari tahun kemarin, kurs hari ini, 8 Juni 2018 menunjukkan Rp 13.972 berbanding Rp 13.383 per dollar AS di tanggal yang sama tahun lalu.

Kedua, pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) di kwartal satu hanya 0,42 persen, atau 5.06 persen (yoy) dan lebih rendah dibandingkan dengan target pertumbuhan 2018 sebesar 5,4 persen. Kondisi ini juga disertai naiknya utang negara per Februari 2018 sebesar Rp 4.034,80 triliun atau setara dengan 29,24 persen terhadap PDB.

Ketiga, terkoreksinya indeks harga saham Global dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), kerap meninggalkan level 6.000 bulan lalu walau ada indikasi membaik pasca-lebaran.

Pasar terkoreksi dan cenderung negatif dikarenakan investor asing banyak menjual sahamnya di mana terlihat di bulan Maret 2018 dimana Net Foreign Sale mencapai Rp 20,11 triliun dibanding Rp 39,9 triliun di bulan yang sama tahun lalu.

Hal ini juga dikarenakan the Fed yang berencana menaikkan suku bunga 6 kali bertahap di tahun 2018 menjadikan investor pasar modal kembali melirik investasi perbankan. Walaupun pangsa pasar saham dan perbankan syariah masih kecil, sedikit banyak akan terpengaruh.
Bisnis yang tidak lesu

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

Whats New
BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

Work Smart
Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com