Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BIS: Performa Mata Uang Kripto Memburuk Bila Pengguna Semakin Besar

Kompas.com - 18/06/2018, 13:50 WIB
Mutia Fauzia,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

Sumber Reuters

LONDON, KOMPAS.com - Bank of International Settlements (BIS), sebuah organisasi yang menaungi bank sentral di seluruh dunia, memperingatkan meningkatnya penggunaan mata uang virtual pda Minggu, (18/6/2018).

Menurut BIS, mata uang kripto (cryptocurrency) tidak dapat diukur dan akan lebih mudah mengalami gangguan terkait kepercayaan dan efisiensi jika semakin banyak orang yang menggunakan.

Berdasarkan laporan tahunan yang dikeluarkan oleh BIS, berbagai bentuk atau jenis uang dapat berfungsi dalam skala besar jika nilainya stabil dan dapat berfungsi secara efisien.

BIS menganggap, kepercayaan dari penggunaan mata uang kripto dapat menghilang begitu saja akibat kerapuhan dari sistem jaringan jenis mata uang virtual ini yang terdesentralisasi.

(Baca: Uang Kripto Korea Selatan Diretas Harga Bitcoin Terjun Bebas)

Jaringan-jaringan tersebut juga rentan terhadap kemacetan transaksi seiring dengan meningkatnya penggunaan mata uang ini.

BIS mencatatkan, tingginya nilai transaksi yang terjadi di mata uang digital bitcoin serta jumlah transaksi yang bisa ditangani oleh bitcoin setiap detiknya.

"Kepercayaan dapat menguap setiap waktu karena kerapuhan dan konsensus ketika transaksi direkam," sebut organisasi yang bermarkas di Swiss ini melalui keterangan tertulisnya.

"Hal ini menimbulkan pertanyaan terkait pembayaran transaksi individu, mata uang kripto pun juga dapat berhenti berfungsi sehingga nilainya hilang," lanjut keterangan tersebut.

(Baca: Di Argentina, G20 Sepakat Pantau Transaksi Aset Kripto)

Kepala Riset BIS Hyun Song Shin mengatakan, tidak seperti uang negara yag memiliki nilai karena memiliki pengguna, kebanyakan orang menggunakan mata uang kripto murni untuk tujuan spekulasi.

"Tanpa pengguna, itu (mata uang) hanya akan menjadi token tak bernilai. Hal ini berlaku sama untuk lembaran kertas dengan tempelan wajah di atasnya, maupun token digital," ujarnya membandingkan mata uang virtual dengan kartu baseball atau tamagotchi.

Ketergantungan pengguna terhadap para penambang untuk merekam dan melakukan verifikasi terhadap transaksi juga dianggap BIS sebagai kelemahan mata uang kripto, karena membutuhkan energi yang besar dan terlampau mahal.

BIS juga memperingatkan bank sentral di seluruh dunia untuk memikir ulang potensi risiko sebelum mengeluarkan mata uang kripto mereka sendiri.

(Baca: Thailand Segera Pajaki Mata Uang Kripto)

Peringatakn terkait mata uang kripto sendiri sudah muncul sejak nilai mata uang kripto melonjak di awal tahun ini dan menarik minat banyak pihak.

Selain itu, melalui laporan keuangannya BIS pun mengatakan diperlukan regulasi terkait penggunaan mata uang digital yang berlaku secara global.

Peraturan ini diperuntukkan kepada institusi-institusi keuangan serta perusahaan yang menyediakan jasa melalui mata uang kripto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perusahaan Asal Singapura Jadi Investor Pertama KIT Batang Tahun Ini

Perusahaan Asal Singapura Jadi Investor Pertama KIT Batang Tahun Ini

Whats New
Ada Gejolak Global, Erick Thohir Telepon Direksi BUMN, Minta Susun Strategi

Ada Gejolak Global, Erick Thohir Telepon Direksi BUMN, Minta Susun Strategi

Whats New
Inflasi Medis Kerek Harga Premi Asuransi Kesehatan hingga 20 Persen

Inflasi Medis Kerek Harga Premi Asuransi Kesehatan hingga 20 Persen

Whats New
Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Whats New
Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Whats New
Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Whats New
Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Work Smart
Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Earn Smart
Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Whats New
Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Earn Smart
Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Earn Smart
Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Whats New
Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Work Smart
Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Whats New
IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com