Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menata Keuangan Pasca Lebaran

Kompas.com - 25/06/2018, 09:09 WIB
Erlangga Djumena

Editor

Tahun 2018 ini, bagi Anda yang tercatat sebagai pegawai atau karyawan yang biasa menerima gaji rutin tanggal 25 setiap bulan, maka memiliki jeda waktu sekitar satu minggu pasca libur Lebaran berakhir hingga tanggal gajian.

Baca juga: Tips Kelola Keuangan untuk Masa Depan yang Lebih Cerah

Bila pendapatan tidak mencukupi

Nah, bagaimana ternyata dana darurat yang Anda miliki pun tidak bersisa? Sedangkan daftar pengeluaran rutin yang harus dibayar tidak mampu ditutupi oleh sisa pendapatan pasca Lebaran? Apakah boleh berutang untuk menutupnya?

Jangan terburu-buru. Hal pertama yang perlu Anda lakukan adalah melihat lagi daftar pengeluaran yang harus Anda bayarkan, mulai dari pos cicilan utang rutin, pos pengeluaran rutin seperti biaya makan, transportasi, sampai pos pengeluaran untuk kebutuhan seperti air, listrik, dan lain-lain.

Nah, dari daftar itu, cobalah melihat apakah ada pos yang masih memungkinkan untuk ditekan atau dihemat lebih banyak? Pos cicilan utang rutin lebih baik tidak perlu diusik, karena memangkas jatah pembayaran tagihan hanya akan membuat biaya utang Anda jadi lebih mahal.

Jadi, yang paling memungkinkan adalah penghematan dari pos rutin seperti biaya makan dan transportasi. Bila Anda selama ini sering jajan di luar rumah atau makan siang dan malam di restoran, cobalah untuk menurunkan pilihan makanan sesuai budget. Akan lebih hemat lagi bila Anda beralih membawa bekal makan dari rumah, paling tidak untuk makan siang.

Baca juga: 7 Hal yang Tidak Pernah Dikatakan oleh Orang Kaya

Sudah berhemat, tapi tetap tidak cukup?

Anda sudah mengkaji ulang rencana pengeluaran dan melakukan berbagai aksi penghematan, namun ternyata uang yang Anda miliki tidak akan cukup menutup kebutuhan sampai akhir bulan ini. Apa yang harus dilakukan? Daftarlah aset yang bisa kamu kapitalisasi. Misalnya, gadget mahal atau simpanan emas Anda.

Opsi yang memungkinkan adalah menggadaikan barang tersebut untuk mendapatkan likuiditas atau dana segar untuk menutup sisa kebutuhan. Dengan catatan, Anda akan menebus barang gadai tersebut begitu kelak mendapatkan pendapatan lagi.

Namun, bila barang berharga yang Anda miliki masih belum cukup menutup kebutuhan, maka apa boleh buat. Mungkin berutang bisa menjadi jalan keluar yang baik.

Gesek tunai kartu kredit atau ajukan KTA, apakah boleh?

Mengajukan pinjaman sebagai langkah terakhir mengatasi permasalahan keuangan, tetap harus Anda pertimbangkan dengan hati-hati. Mungkin banyak kalangan yang galau, lebih baik meminjam dari kartu kredit melalui tarik tunai kartu kredit atau mengajukan pinjaman tanpa agunan alias KTA?

Bila pilihannya adalah dua hal tersebut, maka semuanya kembali pada berapa besar nilai kebutuhan uang tunai Anda. Apabila kebutuhannya adalah untuk akhir bulan saja dan nilainya tidak terlalu besar, anggaplah di bawah Rp 2 juta, maka opsi tarik tunai kartu kredit bisa dipilih.

Namun, harap ingat, bunga tarik tunai kartu kredit tidak kecil, sekitar 2,25 persen per bulan. Selain itu ada juga biaya tarik tunai yang dipatok bank di luar bunga. Besarnya beragam tergantung pada bank penerbit kartu kredit.

Adapun bila kebutuhan dana Anda cukup besar yang harus ditutup sampai akhir bulan, memilih pinjaman KTA akan lebih baik karena Anda berkesempatan mendapatkan biaya lebih murah dan hitungan bunga flat rate, bukan bunga berbunga.

Baca juga: 5 Kondisi yang Tepat untuk Mengajukan Kartu Kredit

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com