Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Nufransa Wira Sakti
Staf Ahli Menkeu

Sept 2016 - Jan 2020: Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan.

Saat ini menjabat sebagai Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengawasan Pajak

Menjawab Prabowo tentang Utang

Kompas.com - 27/06/2018, 16:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SETELAH bertemu dengan Ketua MPR Zulkifli Hasan di Widya Chandra pada 25 Juni 2018, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyebutkan bahwa utang-utang kita sudah sangat membahayakan.

Selain utang pemerintah, ada utang lembaga keuangan milik pemerintah dan utang-utang BUMN yang kalau dijumlahkan jumlahnya hampir Rp 9.000 triliun.

Untuk itu perlu dijelaskan beberapa hal sebagai berikut. Data statistik utang sektor publik (SUSPI) Desember 2017 terdiri dari tiga kelompok.
- Utang pemerintah pusat Rp 4.060 triliun
- Utang BUMN non-lembaga keuangan Rp 630 triliun
- BUMN lembaga keuangan (termasuk Bank BUMN) Rp 3.850 triliun
- Jumlah total utang adalah sebesar Rp 8.540 triliun (sangat jauh dari Rp 9.000 triliun yang disampaikan Prabowo) 
- Prabowo menggunakan kurs Rp 14.000 per dollar AS, sementara posisi 2017 data BI (SUSPI) menggunakan kurs Rp 13.492 per dollar AS.

Untuk utang BUMN lembaga keuangan (bank BUMN seperti Bank Mandiri, BNI, BRI, BTN) sebesar Rp 3.850 triliun itu sebagian besar (80 persen atau hampir Rp 3.000 triliun) adalah dana pihak ketiga.

Baca juga: Jaga Rupiah dan Bayar Utang, Cadangan Devisa Mei Tergerus 2 Miliar Dollar AS

Dana pihak ketiga tersebut berasal dari masyarakat dan perusahaan yang menempatkan dana di perbankan dengan tujuan menabung atau justru menjadi instrumen pendanaan investasi produktif perekonomian.

Utang BUMN non-lembaga keuangan merupakan utang BUMN dalam melaksanakan kegiatan usaha BUMN, yakni untuk membangun infrastruktur seperti pembangkit dan transmisi listrik, jalan tol, pelabuhan laut dan udara, serta kegiatan produktif BUMN lainnya.

Utang BUMN merupakan kekayaan dan kewajiban yang dipisahkan sesuai Undang-Undang Keuangan Negara dan tidak otomatis menjadi tanggungan pemerintah. Utang BUMN menjadi kewajiban BUMN untuk melunasinya dan secara korporasi dijamin oleh aset BUMN yang bersangkutan.

Untuk utang BUMN yang mendapat jaminan pemerintah, dikelola secara hati-hati dan dikendalikan secara disiplin serta dilaporkan secara terbuka dan transparan.

Dalam menghitung tingkat risiko utang, maka ukurannya adalah dibandingkan dengan kemampuan membayarnya. Untuk utang pemerintah, ukurannya adalah kapasitas ekonomi (produk domestik bruto) dan rasio kewajiban cicilan dan bunga terhadap penerimaan negara. Adapun utang korporat diukur terhadap aset dan arus penerimaan. 

Baca juga: Dollar AS Tembus Rp 14.000, Pembayaran Utang Indonesia Membengkak

Sebagai tokoh politik yang memiliki perusahaan, Prabowo tentu paham bahwa adalah hal yang normal bagi sebuah perusahaan untuk berutang.

Bahkan semua perusahaan yang ingin melakukan operasi usaha dan investasi hampir selalu menggunakan pembiayaan utang sehingga dikenal istilah kredit modal kerja dan kredit investasi.

Utang sepanjang digunakan untuk melakukan hal produktif dan menghasilkan penerimaan kembali, maka kewajiban tersebut akan dapat dibayarkan kembali.

Jadi sekali lagi disampaikan bahwa utang bukan tujuan. Bukan pula momok yang tampaknya sering digunakan sebagai komoditas politik untuk menakuti rakyat.

Utang negara, termasuk yang berbentuk syariah, adalah instrumen pembiayaan yang dapat digunakan oleh negara untuk mencapai tujuan, selama dikelola secara hati-hati, akuntabel, transparan, dan bertanggung jawab.

Oleh karena itu, kebijakan utang dan pengelolaan keuangan negara diawasi oleh berbagai lembaga mulai dari DPR, Badan Pemeriksa Keuangan, kreditur, hingga lembaga pemeringkat independen di tingkat global, seperti Moodys, Fitch S&P, JCRA (Japan Credit Rating Agency) serta R&I (Rating & Investment).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com