Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Otomotif Global: Kebijakan Tarif AS Pangkas Ratusan Ribu Lapangan Kerja

Kompas.com - 28/06/2018, 07:37 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber Reuters

WASHINGTON, KOMPAS.com - Dua kelompok gabungan perusahaan otomotif mengingatkan pemerintahan Presiden Trump yang memaksa tetap menerapkan tarif 25 persen untuk kendaraan impor.

Perusahaan-perusahaan tersebut beranggapan, penerapan tarif impor untuk kendaraan akan berdampak pada hilangnya lapangan kerja di sektor-sektor otomotif, peningkatan harga kendaraan yang cukup tajam, dan ancaman peningkatan biaya industri pada produksi produk self-driving car.

Kelompok perusahaan otomotif Association of Global Automakaers yang beranggotakan Toyota Motor, Volkswagen, BMW, dan Hyundai Motor mengatakan, penerapan tarif tidak hanya mengancam industri otomotif saja, tetapi juga konsumen.

Sebelumnya, pemerintah Amerika Serikat (AS) telah melakukan investigasi mengenai kemungkinan ancaman terhadap keamanan nasional oleh produsen-produsen otomotif asing. Presiden Donald Trump pun telah menegaskan berulangkali bahwa tarif impor untuk produk otomotif impor perlu untuk segera diberlakukan.

"Ancaman terbesar dari industri otomotif AS saat ini adalah kemungkinan pemerintah akan mengenakan bea impor selepas proses investigasi ini," sebut asosiasi perusahaan otomotif asing ini dalam keterangan tertulisnya.

Menurut mereka, penerapan bea impor ini dapat meningkatkan harga kendaraan otomotif yang akan memberatkan konsumen AS serta membatasi pilihan mereka. Sehingga, penjualan produk akan megalami tekanan, begitu pula dengan produksi otomotif di wilayah AS.

"Bukannya menambah lapangan kerja, penerapan tarid ini akan berimbas pada hilangnya ratusan ribu kesempata kerja di AS yang terkait dengan produksi dan penjualan mobil, SUV truk, serta auto part," tambah mereka.

Sebelumnya, pada Jumat (25/6/2018) lalu Trump sempat mengancam akan memberlakukan bea impor sebesar 20 persen untuk seluruh produk mobil dan kendaraan otomotif lain yang dirakit oleh negara-negara Uni Eropa. Pada Selasa (26/6/2018) lalu, Trump mengatakan, kebijakan tarif ini akan segera diberlakukan.

Asosiasi Lain

Selain itu, perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Alliance of Automobile Manufatufacturers seperti General Motors, Ford Motor, Daimler, dan Toyota dalam kesempatan terpisah mendesak agar penerapan tarif ini tidak dilanjutkan.

"Kami menganggap penerapan tarif untuk kendaraan dan koponen kendaraan ini akan memberikan dampak berupa ancaman terhadap kondisi ekonomi AS serta mengancam kondisi keamanan nasional kita," tulis aliansi ini dalam keterangan tertulisnya.

Mereka beranggapan penerapan bea impor sebagai sebuah kesalahan, dan pemaksaan untuk menerapkan tarif akan berbahaya terhadap kondisi ekonomi saat ini serta memberi kesempatan kepada negara lain untuk melindungi pasar lokal mereka dari kompetisi global.

Aliansi ini juga beranggapan, melalui hasil analisis mereka pada tahun 2017, penerapan tarif sebesar 25 persen untuk produk kendaraan impor akan meningkatkan rata-rata harga hingga 5.800 dollar AS yang juga akan meningkatkan biaya konsumen AS hingga 45 miliar dollar AS per tahun.

Selain itu, hasil studi Peterson Institute for International Economics juga menunjukkan, biaya yang harus dibayarkan oleh AS melalui kebijakan tarif ini adalah kehilangan sebanyak 195.000 lapangan kerja bahkan hingga 624.000 lapangan kerja, jika negara-negara lain juga turut andil dalam penerapan kebijakan yang sama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com