Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Moodys: Indonesia Salah Satu Negara yang Terdampak Penguatan Dollar AS

Kompas.com - 28/06/2018, 14:47 WIB
Mutia Fauzia,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Pemeringkat Moodys memublikasikan hasil risetnya mengenai dampak penguatan mata uang dollar AS (Amerika Serikat) sejak pertengahan April 2018 terhadap depresiasi nilai mata uang yang cukup tajam di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Selain itu, depresiasi nilai mata uang secara terus-menerus turut menyebabkan cadangan devisa yang semakin tergerus.

Hasil riset yang dipublikasikan pada Kamis, (28/6/2018) ini menunjukkan adanya peningkatan risiko kredit bagi negara-negara yang membututuhkan pembiayaan eksternal dalam jumlah besar.

Beberapa negara yang dianggap paling rentan terhadap menguatnya dollar AS adalah Argentina (B2 stabil), Sri Lanka (B1 negatif), Turkey (Ba2 sedang di-review untuk downgrade), and Zambia (B3 stabil).

(Baca: Dollar AS Bakal Terus Menguat Hingga Akhir Tahun Ini)

Adapun Chili (Aa3 negatif), Kolombia (Baa2 negatif), Indonesia (Baa2 stable), dan Malaysia (A3 stable) juga rentan terhadap kondisi penguatan kurs mata uang greenback ini, meskipun negara-negara tersebut memiliki sistem penyangga finansial dan institusional yang mampu menurunkan kerentanan dalam jangka pendek.

Global Managing Director of the Sovereign Risk Group Moodys Alastair Wilson menjelaskan, negara-negara dengan defisit neraca berjalan besar, pembayaran utang luar negeri serta utang pemerintah dalam mata uang asing yang tinggi adalah yang paling terdampak dari penguatan dollar AS.

"Sejauh fluktuasi nilai mata uang ini menyebabkan arus keluar modal yang deras atau arus masuk modal yang amat rendah, menunjukkan kredit negatif bagi mereka yang memiliki kebutuhan pendanaan eksternal yang besar," ujar Wilson.

Rentan guncangan

Lebih lanjut Moodys mencatatkan, pasar negara berkembang yang rentan terhadap guncangan finansial di masa lalu memiliki potensi lebih besar saat ini.

Kecuali, imbuh dia, ketika menghadapi guncangan di masa lalu negara tersebut mampu mengurangi ketergantungan terhadap pendanaan eksternal.

Misalnya saja pada 2014 lalu, Hungaria, Malaysia, Mongolia dan Rusia berada dalam daftar negara yang mengalami dampak guncangam cukup besar terkait kondisi pendanaan eksternal. Begitu pula Angola (B3 stabil), Kenya (B2 stabil), Indonesia, dan Srilanka.

Menurut catatan Moodys negara-negara yang hingga saat ini masih cukup rentan adalah Kenya, Mongolia, Sri Lanka, dan Zambia.

(Baca: Rupiah Melemah Hingga Level Rp 14.200, Ini Kata Sri Mulyani)

Adapun Brazil (Ba2 stabil), China (A1 stabil), India (Baa2 stabil), Meksiko (A3 stabil), dan Rusia dianggap cukup mampu untuk menjaga pendanaan eksternal lantaran rendahnya ketergantungan terhadap masuknya arus modal luar negeri.

Moodys pun menegaskan, guncangan terhadap kondisi finansial yang berkelanjutan akan berimplikasi kepada kredit, terutama ketika terjadi pengikisan dalam penyangga keuangan, juga meningkatkan risiko likuiditas.

Ditambah lagi bila negara yang bersangkutan menerapkan kebijakan yang bergerak ke arah yang lebih tidak menguntungkan dari yang telak diperkirakan oleh Moodys.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Whats New
Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Whats New
Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Whats New
Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Whats New
Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Whats New
OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

Whats New
Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Whats New
Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com