Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Cuma Rupiah, Mata Uang Negara Lain Juga Terimbas Perang Dagang

Kompas.com - 29/06/2018, 13:38 WIB
Mutia Fauzia,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Seiring dengan eskalasi ketegangan antara AS dan China yang memunculkan potensi perang dagang, yuan China terus melemah terhadap dollar AS.

Pelemahan ini pun memicu negara-negara Asia lain yang memiliki hubungan dagang dengan China mengalami tekanan mata uang yang cukup tajam, termasuk Indonesia.

Data Nasdaq menunjukkan, sejak akhir 2017 hingga perdagangan terakhir kemarin Kamis (28/6/2018), yuan telah melemah 1,67 persen dari 6,5069 yuan per dollar AS menjadi 6,607 yuan per dollar AS.

Mata uang dengan ketergantungan ekspor tnggi seperti won Korea Selatan dan dollar Taiwan masing-masing telah melemah sebesar 4,52 persen dan 2,25 persen dari akhir tahun lalu.

(Baca: Dollar AS Bakal Terus Menguat Hingga Akhir Tahun Ini)

Mata uang Korea Selatan menunjukkan pelemahan dari 1070,5 won per dollar AS menjadi 1121,2 won per dollar AS.

Sedangkan, mata uang Taiwan melemah dari 29,84 dollar Taiwan per dollar AS menjadi 30,53 dollar Taiwan per dollar AS.

"Saya pikir saat ini sentimen terhadap pasar Asia masih lemah, dana-dana asing akan terus keluar, baik dari pasar saham maupun pasar obligasi Asia. Dan inilah yang akan menjadi pemicu utama terus melemahnya harga-harga aset di Asia," ujar Head of Asia Research ANZ Bank Khoon Goh.

Terparah

Rupiah dan rupee India adalah dua mata uang yang terdepresiasi cukup dalam lantaran perang dagang kali ini.

Rupiah sendiri telah anjlok 5,01 persen sejak akhir 2017 lalu, dari Rp 13.565 menjadi Rp 14.280 pada sesi perdagangan kemarin.

Pelemahan rupiah terhadap penguatan dollar AS kali ini adalah yang terparah sejak Oktober 2015 lalu.

Bahkan, rupiah didapuk menjadi salah satu mata uang dengan kinerja terburuk ketiga berdasarkan data ANZ yang dirilis pada hari Kamis lalu.

(Baca: Moodys: Indonesia Salah Satu Negara yang Terdampak Penguatan Dollar AS)

Goh menjelaskan, keterpurukan rupiah terjadi lantaran banyaknya dana yang masuk ke Indonesia selama 2017 hingga awal 2018, yang kemudian berbondong-bondong keluar akibat adanya perubahan posisi fundamental ekonomi Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com