Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Terus Melemah, Simak Penjelasan Dua Ekonom Ini

Kompas.com - 05/07/2018, 10:22 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

Sesudah lebaran, kurs rupiah kembali melemah hingga mencapai Rp 14.400 per dollar AS pekan lalu. Wajar jika banyak orang khawatir.

Kurs rupiah terhadap mata uang Paman Trump, untuk menyebut istilah baru selain Paman Sam, masih melemah.

Akhir pekan lalu (29/6/2018), kurs rupiah terhadap dollar AS di US Dollar Index ditransaksikan dalam rentang Rp 14.200 hingga Rp 14.400, mengutip data yang dihimpun situs keuangan dan investasi global Investing.com.

Pada Senin (2/7), rupiah kembali melemah terhadap dollar AS menjadi Rp 14.330 di awal perdagangan. Di hari Rabu (4/7), nilai tukar rupiah masih sekitar Rp 14.300 terhadap dollar AS.

Tak berbeda jauh dengan kurs acuan Bank Indonesia, akhir pekan lalu, kurs rupiah juga sudah ditransaksikan di level Rp 14.400 per dollar AS.

Jika saja Bank Indonesia tidak menaikkan suku bunga acuan Bank Indonesia cukup drastis, Jumat (29/6/2018), sebesar 0,50 persen (50 basis point) dari 4,75 persen menjadi 5,25 persen, kurs rupiah mungkin mencapai zona baru Rp 15.000 per dollar AS.

Fluktuasi nilai tukar rupiah belakangan ini patut dicermati. Jika rupiah terus melemah, efek beruntunnya harus diperhatikan oleh para investor dan pengambil kebijakan ekonomi Indonesia. Termasuk masyarakat Indonesia yang bertransaksi dengan rupiah di dalam negeri.

Agar kamu memahami situasi ini dengan kepala dingin, mari kita ikuti penjelasan dari dua pakar ekonomi dan investasi kepada HaloMoney.co.id, beberapa waktu lalu.

Kedua pakar ekonomi tersebut adalah Budi Hikmat, investment strategist dan wealth educator Bahana TCW Investment Management dan Arif Budimanta, pakar ekonomi yang kini menjabat Wakil Ketua Umum Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), salah satu lembaga yang memberikan pendapat ekonomi kepada Presiden Joko Widodo.

Budi Hikmat, Investment Strategist dan Wealth Educator Bahana TCW Investment Management

Mengapa rupiah terus tertekan dan berimbas pada bursa saham Indonesia sejak Februari 2018 lalu?

Pelemahan rupiah memang sangat besar pengaruhnya pada bursa saham Indonesia. Ketika rupiah melemah seperti terjadi tahun 2013, saat itu tertekan hingga 26 persen, itu sangat menekan aset saham dan surat utang negara. Di dua tahun terakhir di 2016 dan 2017 ketika rupiah stabil, kinerja kedua aset tersebut sangat baik.

Sepanjang tahun ini hingga 27 April, rupiah melemah 2 persen, kedua aset tersebut dalam posisi minus, masing-masing minus 6,9 persen (bursa) dan 0,9 persen (surat utang negara). Ini frame work yang saya gunakan untuk melihat situasi. Data terbaru masih saya elaborasi untuk macro update awal Juli 2018.

Mengapa rupiah terus melemah? Akibat faktor eksternal atau internal?

Kebijakan stimulus tax cut di Amerika yang dibuat oleh Presiden Trump ini seperti menyiram bensin kepada sesuatu yang sedang terbakar karena ekonomi AS sedang menguat. Inilah yang membuat the Fed meningkatkan suku bunga acuannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com