Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPPU: Proses Akuisi Grab dan Uber Picu Iklim Usaha yang Tak Sehat

Kompas.com - 10/07/2018, 14:33 WIB
Mutia Fauzia,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menilai akuisisi Uber oleh Grab memunculkan dampak tidak sehatnya persaingan usaha di Indonesia.

Sebab, kini di Indonesia hanya ada 2 perusahaan transportasi daring (dalam jaringan/online), Go-Jek dan Grab, yang saling bersaing.

Ketua KPPU Kurnia Toha mengatakan, jika pemain dalam usaha transportasi online ini terlampau sedikit, kemungkinan adanya duopoli sangat besar terjadi.

Penetapan tarif angkutan daring nantinya hanya dikendalikan oleh kedua perusahaan tersebut.

Baca juga: KPPU Awasi Potensi Monopoli Tarif Pasca-Akuisisi Uber oleh Grab

"Jadi saya lagi mencari penafsiran, apakah abuse (pelanggaran) atau enggak. Kalau di Indonesiakan sekarang cuma ada 2 pemain, jadi ya ini kurang bagus sebenernya buat usaha, makin banyak pemain makin bagus," jelas Kurnia ketika ditemui awak media di Gedung KPPU, Selasa (10/7/2018).

Sementara di Singapura, telah memastikan proses akusisi Grab dan Uber sebagai pelanggaran.

Adapun di Indonesia, Kurnia mengatakan, belum ada undang-undang yang mengakomodir proses merger atau akuisisi aset perusahaan satu dengan yang lainnya.

"Di Singapura memang itu (akuisisi Uber oleh Grab) memang dianggap melanggar, kalau di kita sedang kita kaji. Karena di peraturan kita gabugan merger dan akuisis aset itu nggak masuk (dalam perundang-undangan)," jelas Kurnia.

Baca juga: Merger Grab dan Uber Diminta Dibatalkan

Kurnia menambahkan, saat ini KPPU sedang dalam proses pendalaman kasus bersama dengan Kementerian Perhubungan.

Namun, bukan berarti kasus akusisi aset Uber oleh Grab tidak dapat ditindaklanjuti. KPPU akan terus melakukan investigasi dan memrioritaskan kasus ini.

Jika harga pasaran transportasi online mulai diskriminatif, maka KPPU bisa saja melakukan tindakan lebih lanjut.

"Kita akan investigasi kasus ini. Ini akan kita utamakan ya. Karena digital economy memang sedang kami prioritaskan. Kita lihat tingkah laku dia apakah menghambat pelaku usaha lain, apakah dia diskriminatif, apakah dia jual murah dan melakukan predatory pricing," ujar Kurnia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com