Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/07/2018, 11:08 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNNMoney

HONG KONG, KOMPAS.com - Pertumbuhan ekonomi China perlahan melambat seiring dengan semakin memanasnya tensi perang dagang mereka dengan Amerika Serikat (AS).

Pada kuartal kedua 2018 ini, pertumbuhan ekonomi China mencapai 6,7 persen. Angka tersebut sedikit lebih rendah dibanidngkan kuartal sebelumnya. Bahkan bisa dikatakan, angka pertumbuhan ekonomi China kali ini adalah yang terendah dalam 2 tahun terakhir.

Pemerintah China menyatakan, kondisi perekonomian China masih sesuai dengan target pemerintah tahun ini, yaitu berada pada kisaran 6,5 persen. Namun, mereka tak menampik fakta bahwa eskalasi ketegangan anatara China dan AS dapat menimbulkan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang akan terus berlanjut tahun ini.

Analis bahkan telah memrediksi, ketegangan perdagangan ini dapat memangkas pertumbuhan ekonomi China hingga 0,5 persen, tergantung pada besaran sanksi tarif yang diberikan.

Baca juga: Menkeu Beberkan Hasil Rapat Pemerintah untuk Hadapi Perang Dagang

Dikutip melalui CNNMoney,  pada awal bulan ini, AS dan China menerapkan tarif sebesar 25 persen untuk 34 miliar dollar AS untuk masing-masing komoditas ekspor mereka.

AS juga akan segera menerapkan sanksi bea masuk untuk 16 miliar dollar AS komoditas ekspor China lainnya.

Dampak dari sanksi tarif ini, nampaknya akan mulai memengaruhi perekonomian China pada semester 2 tahun ini.

Ketegangan dalam perdagangan pun turut berpengaruh dalam pasar saham China, yang bisa dikatakan sebagai pasar saham dengan kinerja terburuk tahun ini/

"Kemungkinan adanya sanksi tarif yang lebih besar telah meredam kepercayaan bisnis, dan menunda investasi," ujar Head of Asia Economics Research Firm Oxford Economics Louis Kuijs.

Selain perang dagang, tingkat utang pemerintah yang meningkat tajam setelah krisis keuangan global satu dekade yang lalu juga berkotribusi terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi ini.

Presiden Xi Jinping bersama dengan pejabat pemerintah lain pun telah mendiskusikan, China perlu untuk mengurangi risiko keuangan mereka, salah satunya dengan metode deleveraging (megurangi tingkat utang dengan menjual aset). Selain itu, pemerintah China juga mencoba untuk menindak bank-bank besar China yang berusaha menutupi kredit-kredit macet mereka dari neraca keuangan bank.

Senior ekonom dari Capital Economics Julian Evanns Pritchard mengatakan, hasil produksi dari pabrik-pabrik China, konsumsi ritel, serta infrasturktur China, seluruhnya mengecewakan untuk tahun ini.

Sebagai informasi, performa perekonomian China tahun lalu begitu kuat, mencapai 6,9 persen berdasarkan data pemerintah setempat.


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber CNNMoney
Video rekomendasi
Video lainnya


28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com