Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS EKONOMI

Di Surabaya, Menteri Amran Cek Mudahnya Perizinan dan Disiplin Pegawai

Kompas.com - 18/07/2018, 19:11 WIB
Sri Noviyanti

Editor

KOMPAS.com - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya, di Juanda, Surabaya, Jawa Timur. Di sana ia mengecek kemudahan perizinan dan disiplin pegawai.

"Sedang apa ini? Ini Kepala Balai nya ke mana?", tanya Amran saat melihat dua pegawai yang terlihat menikmati kopi dan mengobrol santai ketika jam kerja seperti dalam rilis yang diterima Kompas.com Senin (16/7/2018).

Hari itu, ia tidak bertemu Kepala BBKP, para pegawai mengatakan Kepala Balai sedang sakit sehingga tidak hadir.

Perhatian Amran lantas berpindah pada ruang tunggu, tempat masyarakat melakukan administrasi. Di tempat itu, Amran memastikan bahwa tidak ada pungutan liar bagi masyarakat.

Tak hanya itu, Amran sempat masuk ke beberapa ruang kerja staf, dan menunjuk pojok ruangan yang sepertinya sudah lama tidak dibersihkan dan dirawat.

"Coba tolong digeser, lihat sudah berapa lama ini lantai dan dinding tidak dibersihkan. Siapa yang bertanggung jawab untuk urusan ini?" tanya Amran.

Di hari yang sama, Amran lalu melanjutkan sidak kedua ke Unit Layanan Karantina Hewan dan Unit Layanan Karantina Tumbuhan BBKP di Pelabuhan Tanjung Perak Kalimas.

Di lokasi tersebut, ia meminta daftar absen pegawai dan memeriksa satu persatu pegawai yang selalu datang terlambat.

"Yang datang terlambat saya skorsing satu minggu ya, mana orangnya? Anda istirahat satu minggu dan tunjangan juga saya stop satu minggu ya", ujarnya.

Di tempat itu, Amran kembali memastikan masyarakat dilayani dengan baik. Ia sempat menandatangani beberapa orang yang sedang mengantre giliran perizinan.

Ia bertanya bagaimana prosedur perizinan, dan kembali memastikan tidak ada pungutan liar.

"Proses administrasi sebentar pak, hanya 20 menit tergantung berapa banyak berkasnya. Tidak (ada) diminta uang (pungutan liar). Semuanya transfer dan online", ujar salah satu seorang yang sedang mengantre.

Sejak Amran menjabat, sistem perizinan dan pengurusan dokumen memang sudah dilakukan secara online. Segala biaya administrasi yang dibebankan transaksinya harus melalui transfer bank.

Hal itu ditujukan agar tak ada praktik pungutan liar. Hasilnya, pengurusan menjadi lebih efektif dan efisien baik dari segi waktu, biaya, dan tenaga.

Karena inovasi tersebutlah Kementerian Pertanian sempat menerima penghargaan sebagai Kementerian Anti Gratifikasi dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Amran mengatakan konsekuensi skorsing yang ia tegaskan hari itu adalah bentuk penjagaan kedisiplinan dan layanan prima kepada publik.

Dari lokasi-lokasi yang disidak Amran ia Memberi skorsing pada empat pegawai dan mencopot satu pejabat eselon IV.

"Kami (sidak) ke sini dalam rangka meningkatkan kedisiplinan pegawai. Kami mensyukuri tidak ada pungutan liar. Akan tetapi soal kedisiplinan harus dijaga,” ujarnya.

Sejak tiga tahun terakhir Amran memimpin, ia tercatat menyelesaikan program pangan seperti beras, jagung, cabai, bawang merah, bawang putih, daging sapi, daging ayam dan lainnya. Bahkan tak hanya itu, ia juga melakukan reformasi mental Sumber Daya Manusia, bersih-bersih kantor, dan penertiban aparatur.

Hingga kini, Amran telah melakukan demosi dan mutasi 1.300 pegawai Kementerian Pertanian termasuk di antaranya 200 pegawai Badan Karantina Pertanian.

“Ini maksudnya meningkatkan disiplin pegawai, dan meningkatkan layanan kepada publik. Kami tidak menemukan pungutan liar,tetapi kedisplinan pegawai yang perlu ditingkatkan, pemeliharaan ruang kerja, dan kebersihan yg masih perlu diperbaiki lagi”, kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com