KOMPAS.com – Papua Barat telah berubah. Wsetelah Raja Ampat tersohor, wilayah ini tumbuh menjadi kota jasa dan pariwisata. Efeknya, hotel dan pusat perbelanjaan mulai menjamur memantik percepatan ekonomi Sorong Raya. Tak hanya itu, sektor pertanian di sana pun mulai menggeliat.
"Sektor pertanian khususnya hortikultura di sekitar Kota Sorong jadi ikut berkembang pesat seiring dengan membaiknya akses pemasaran ke Kota Sorong", ujar Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sorong Benyamin Halatu saat mendampingi kunjungan kerja Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Hortikultura Kementerian Pertanian, Kamis (19/7/2018).
Menurut Benyamin, di sana telah berkembang budidaya aneka sayuran seperti cabai, tomat, bayam, kangkung, bawang merah, dan buah-buahan seperti melon, semangka, pepaya, dan buah naga.
"Dulu cabai dan sayuran daun didatangkan dari luar Papua Barat. Saat ini telah mampu dipasok dari petani lokal," tambahnya.
Hal itu disebabkan tumbuhnya sentra produksi cabai di beberapa distrik. Antara lain di Aimas, Maryat, Salawaty, Klamono, dan Mayamuk dengan total luas eksisting sekarang lebih dari 300 hektar.
"Harga cabai di sini bisa dikatakan stabil karena sudah mampu dipasok dari petani lokal secara rutin," sambung Benyamin.
"Untuk memenuhi kebutuhan cabai Kabupaten Sorong, sebenarnya cukup dengan 45 hingga 50 hektar tanam. Namun kenyataan sekarang sudah mencapai lebih dari 300 hektar sehingga produksinya mampu memasok pasar se-Sorong Raya yang meliputi Kabupaten Sorong, Kota Sorong, Sorong Selatan, Raja Ampat dan Maybrat", tutur Anton.
Para petani di Sorong mengaku menanam cabai sangat menguntungkan. "Dari seperempat hektar tanam cabai keriting, saya bisa untung bersih 90 juta", ujar Ahmad Zaini, petani eks transmigrasi di distrik Maryat.
Petani lainnnya Sarimin bahkan mengaku bisa membeli mobil dari hasil murni panen cabai.
Adapun Kementerian Pertanian gencar menggiatkan penanaman aneka cabai ke seluruh Indonesia untuk memastikan stabilitas pasokan dan harga.
"Sesuai arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang secara khusus meminta agar kelestarian tanah daratan Papua yang menjadi salah satu 'tanah surga' di Indonesia terselamatkan. Caranya dengan mengawal praktik budidaya yang ramah lingkungan,"kata Prihasto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.