Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS EKONOMI

HS Dillon: Pasar Pertanian Harus Dikawal dari Intervensi Mafia Pangan

Kompas.com - 22/07/2018, 10:47 WIB
Kurniasih Budi

Penulis


RIAU, KOMPAS.com - Pengamat Ekonomi Pertanian HS Dillon menilai program Kementerian Pertanian (Kementan) yang memprioritaskan pembangunan infrastruktur dan modernisasi pertanian untuk menumbuhkan ekonomi dan pertanian lokal perlu didukung semua pihak.

Pasalnya, selama ini pemerintah lupa memajukan pertanian melalui pembangunan infrastruktur dan modernisasi.

“Baru pada periode pemerintahan ini infrastruktur dan mekanisasi untuk efisiensi produksi mulai dipikirkan,” kata Dillon dalam seminar nasional yang digelar Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) di Pekanbaru, Sabtu (21/7/2018).

Dillon menjelaskan, pembangunan infrastruktur dan modernisasi saat ini sangat penting untuk petani kecil. Sayangnya, kondisi pasar komoditas pertanian yang banyak diintervensi mafia pangan.

Baca juga: Pemerintah Lindungi Petani dan Konsumen dari Mafia Pangan

Menurut dia, pasar masih dikuasai kartel dan mafia yang cenderung menginginkan impor agar mendapatkan dukungan yang besar.

“Ekonomi pasar kita sudah diintervensi oleh berbagai kepentingan sehingga rakyat dikorbankan. Dalam sektor pertanian banyak yang berkepentingan untuk mendapatkan keuntungan impor komoditas pangan dan ingin Indonesia tergantung terhadap produk pangan Impor,” ujarnya.

Oleh karenanya, Dillon meminta masyarakat paham tentang kondisi pasar Indonesia yang dikuasai kartel dan mafia.

Baca juga: Temui Jokowi, BPK Minta Pemerintah Perbaiki Sistem Impor Pangan

Seluruh masyarakat Indonesia harus paham bahwa liberalisasi perdagangan harus disikapi dengan hati-hati.

“Termasuk di sektor pangan untuk menjaga kedaulatan pangan. Potensi pangan lokal kita perlu dikembangan dengan melihat spesifikasi wilayah,” ujarnya.

Potensi lokal

Pengamat ekonomi pertanian HS Dillon (kiri) mengatakan pasar komoditas pertanian masih rawan diintervensi mafia pangan.Dok. Humas Kementan Pengamat ekonomi pertanian HS Dillon (kiri) mengatakan pasar komoditas pertanian masih rawan diintervensi mafia pangan.

Dalam forum yang sama, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Riau Darmansyah mengatakan, masyarakat tidak perlu khawatir akan kekurangan pangan.

Sebab, potensi pangan lokal di Indonesia khususnya di Riau sangat besar seperti sagu, umbi-umbian, produk hortikultura, dan peternakan.

“Kami berharap diversivikasi pangan terus dikampanyekan sehingga kita tidak tergantung pada prroduk impor seperti gandum dan aneka buah impor,” ujarnya.

Berdasarkan hasil penelitian Prof. Bintoro dari  IPB, ada 5 rumpun sagu yang cukup untuk pemenuhan karbohidrat satu keluarga selama setahun.

Baca juga: Sagu adalah Tanaman Ideal untuk Lahan Gambut

Potensi sagu di Riau sangat besar dan belum dimanfaatkan secara optimal.

“Bahkan yang memanfaatkan tepung sagu negara tetangga seperti Jepang dan China dimana beberapa tahun terkahir riau mengekspor tepung sagu ke dua negara tersebut,” sebut Darmansyah.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri mengungkapkan, capaian kebijakan pertanian selama empat tahun sangat membanggakan.

Ekpor meningkat

Dari data BPS, produksi pertanian 2017 Rp 1.344 triliun naik Rp 350 triliun dari 2013 dan nilai ekspor 2017 Rp 441 triliun naik 24 persen dari 2016 yang hanya Rp 355 triliun.

BPS pun merilis per 17 Mei 2018, angka kenaikan nilai ekspor komoditas pertanian mencapai 298,5 juta dollar AS atau tumbuh 6,11 persen (month to month) dan 7,38 persen (year on year).

Sementara, Kementan menargetkan ekspor jagung sebanyak 500.000 ton pada tahun ini.

Selain ekspor, investasi pertanian 2017 sebesar Rp45,90 triliun, atau naik 14 persen per tahun dari 2013 hingga 2017.

"Peningkatan nilai investasi ini tak lepas dari kebijakan Menteri Pertanian Mentan Andi Amran Sulaiman yang mencabut 50 permentan dan menyederhanakan 15 permentan menjadi 1 permentan,” kata Kuntoro Boga.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com